
Fiks, Harta Karun di Lumpur Lapindo Bisa Buat Baterai Listrik

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan fakta baru mengenai 'harta karun' sumber daya mineral kritikal di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Badan Geologi Kementerian ESDM tak menampik, bahwa Lumpur Lapindo mengandung dua 'harta karun' yang saat ini keberadaannya sangat diperlukan dunia untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.
'Harta karun' itu adalah Lithium dan Stronsium yang diketahui jumlahnya cukup besar. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan, bahwa pada tahun 2020 potensi Lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu memiliki kadar 99,26 sampai 120 part per million (PPM) atau bagian per sejuta satuan konsentrasi. Nah, sementara Stronsium sendiri jeauh lebih besar dengan kadar kandungan emncapai 244 sampai dengan 650 PPM.
"Nah dari hasil penyelidikan ekonomis di lumpur lapindo ini maka disimpulkan bahwa memiliki potensi Lithium dan Stronsium. Sementara Logam Tanah Jarang (LTJ/Rare Earth Mineral) juga ada hanya kadarnya lebih rendah," terang Eko Budi kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (8/6/2022).
Atas temuan itu, Eko Budi menyatakan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan penelitian dan penyelidikan umum. Sebab, dari temuan tersebut, belum semua wilayah yang ada di Lumpur Lapindo itu dilakukan griding dan pengeboran.
"Masih dangkal (penelitiannya), kita lakukan analisis pada laboratorium sampel berdasarkan penyelidikan umum, sifatnya masih umum," tandas Eko Budi.
Sebelumnya, Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin mengatakan, pihaknya akan fokus menggarap mineral Lithium dan Stronsium.
Pihaknya juga akan melakukan kerjasama dalam menggarap lithium ini. Adapun kerjasama itu dimaksudkan untuk melakukan ekstraksi oleh lembaga lain termasuk dari Amerika Serikat (AS) yakni Energy Resources Government Initiative.
Sementara itu, dengan data yang dimiliki oleh Badan Geologi mengenai adanya lithium di Lumpur Lapindo itu, pihaknya tak menampik bahwa banyak badan usaha yang melirik untuk menggarap proyek di Lumpur Lapindo ini. Hanya saja memang, pemerintah belum melaksanakan pembukaan lelang untuk proyek di Lumpur Lapindo ini.
"Untuk mineral logam ini memang secara pengusahaan dilakukan melalui skema lelang, beberapa badan usaha juga mulai melihat ini sebagai suatu peluang. Artinya pemerintah akan mendorong terkait pengembangan ke depan," tandas Awaluddin.
Dalam catatan Kementerian ESDM, kebutuhan Lithium untuk pengembangan kendaraan listrik hingga 2030 mencapai 758.693 ton. Jumlah tersebut untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.
Sementara dari catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) unsur logam lithium berpotensi ada daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci.
Lantas, bagaimana dengan status area lumpur Lapindo saat ini? Apakah masih menjadi milik Lapindo Brantas, Bakrie Group, atau sudah dialihkan ke pemerintah?
(pgr/pgr) Next Article Pemerintah: Harta Karun di Lumpur Lapindo Dibutuhkan Dunia
