
DPR Soroti Larangan Ekspor Pangan Dunia: Krisis di Depan Mata

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Anggota Komisi IV DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Edward Tannur menyoroti aksi proteksionisme yang dilakuka berbagai negara di dunia. Terutama, oleh negara-negara produsen utama pangan dunia.
"Saya bahas mengenai produksi pangan karena keadaan dunia saat ini terjadi krisis pangan. Jangan sampai kita sudah krisis baru bicara pangan. Karena pasti cepat atau lambat krisis itu datang, suda di depan. Kita tinggal mau alami saja," kata Edward saat rapat kerja Komisi IV DPR dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syarul Yasin Limpo di Jakarta, Senin (13/5/2022)
Saat ini, lanjut dia, pembatasan ekspor banyak dilakukan oleh oleh negara-negara produsen terkemuka pangan dunia.
"Karena mereka jeli mengetahui keadaan saat ini. Anomali iklim, nggak ada kepastian mengenai produksi pangan," katanya.
Untuk itu, Edward meminta Mentan Syahrul agar tidak menerapkan kebijakan insidental.
"Kita boleh merasa yakin tapi harus diikuti kenyataan. Kalau teori bisa saja berteori produksi padi 54 juta ton, 100 juta ton juga bisa. Tapi lihat kesiapan kita di lapangan. Kelengkapan alat pertanian, pupuk dan faktor lain mempengaruhi produksi," tukasnya.
Selain itu, dia meminta Mentan mempertimbangkan sebelum memutuskan mengekspor beras ke China.
"Di media katanya Indonesia mau ekspor beras ke China. China nggak kekurangan beras. China produksi 12 ton 1 ha saja bisa, kita hanya 5 ton sombong juga kita ini," tukasnya.
"Jangan, amankan dulu kebutuhan nasional. Ini bukan pesimis. Optimis boleh tapi mimpi dulu karena kenyataannya belum. Tolonglah pak Menteri, koordinasi soal stabilisasi pangan ini baik-baik. Agar tidak menciptakan masalah baru di masyarakat," katanya.
Apalagi, lanjut dia, jika ekspor hanya demi gengsi sementara petani tidak mendapat manfaatnya.
"Harga beras lebih Rp10.000 tapi harga gabah hanya Rp4.000-an. Ini perlu ditindaklanjuti," kata Edward.
Dalam jawabannya kepada DPR, Mentan Syarul menegaskan, rencana ekspor belum ada keputusan.
"Soal ekspor, surat datang dari China untuk kita minta beras. Kita belum setujui, ini harus dibawa ke rapat internal Presiden. Jadi cuma menggambarkan, mereka tahu kita punya stok. Kita belum rapat dengan Bulog ya," kata Mentan.
Sementara itu, International Food Policy Research Institute mencatat hingga medio Mei 2022, setidaknya ada 14 negara produsen pangan dunia yang melakukan pelarangan atau pembatasan ekspor komoditas pertaniannya. Termasuk, Indonesia yang sempat menutup keran ekspor minyak sawit pada 28 April hingga 22 Mei 2022.
(dce/dce) Next Article Harga Pangan Dunia Melonjak, Beras Terancam Jadi 'Korban'