
Ini Rayuan 'Maut' Jokowi yang Bikin Tesla Minat Masuk RI

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membongkar isi pembicaraan Ketika bertemu dengan CEO Tesla Elon Musk di pabriknya Mei lalu. Pada pertemuan tersebut, Jokowi menjabarkan sejumlah alasan kenapa Tesla harus berinvestasi di Indonesia, yakni dalam kemudahan rantai pasok dari industri hulu ke hilir produksi kendaraan listrik.
"Kami melakukan banyak diskusi, terutama tentang bagaimana Tesla dapat membangun industrinya dari hulu ke hilir, mulai dari smelter, kemudian membangun industri katoda dan prekursor, membangun baterai EV, membangun baterai lithium [dan] kemudian pabrik kendaraan. Semuanya ada di Indonesia, karena itu sangat efisien. Itu yang saya tawarkan," kata Jokowi kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International dalam wawancara eksklusif pada Jumat pekan lalu di Kota Serang, Provinsi Banten.
Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara memiliki cadangan timah, tembaga, nikel, kobalt, dan bauksit yang melimpah, beberapa di antaranya merupakan bahan utama untuk baterai kendaraan listrik.
"Kami ingin membangun ekosistem industri untuk baterai lithium," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan kepada Elon Musk bahwa Tesla dapat membangun basis seluruh rantai pasokannya di dalam negeri. Musk bertindak konkret, yakni mengirim tim ke Indonesia enam minggu lalu.
"Untuk memeriksa potensi nikel, untuk memeriksa aspek lingkungan, tetapi tim terkait mobil belum datang." Kata Jokowi.
Dia mengatakan tim Tesla dapat mengunjungi dalam waktu dekat untuk mengevaluasi potensi secara detil. Pasalnya, Jokowi menegaskan bahwa "belum ada keputusan" tentang rencana Tesla untuk berinvestasi di Indonesia.
Demi mempercepat proses negosiasi, Jokowi juga mengundang Musk ke KTT G-20, yang tahun ini diselenggarakan Indonesia di Bali.
Banyak aspek pertimbangan Musk sebelum resmi berinvestasi ke Indonesia, namun banyaknya SDA bisa menjadi daya tawar kuat. Namun, sorotan internasional mengarah pada kebijakan Jokowi yang melarang ekspor bahan mentah.
Di bawah Jokowi, Indonesia yang kaya sumber daya telah melarang ekspor komoditas utama, termasuk nikel yang belum diproses pada tahun 2020, batu bara pada tahun 2021, dan minyak nabati pada bulan April. Langkah terakhir ditujukan untuk menstabilkan harga domestik.
"Tidak, saya pikir itu bukan proteksionisme. Tapi kita ingin nilai tambah itu ada di Indonesia... Kalau kita tetap mengekspor bahan mentah, yang mendapat nilai tambah itu negara lain," ujarnya.
Dalam upaya untuk meningkatkan ekonominya dan memanfaatkan sumber daya alamnya untuk produksi dalam negeri, Indonesia ingin menjauh dari ekspor bahan mentah, tujuannya agar menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan pajak.
Secara terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi (BKPM) Yuliot menegaskan bahwa perusahaan Elon Musk tetap berminat untuk menanamkan investasinya di Indonesia, tapi masih proses negosiasi.
"Untuk perkembangannya sudah dilakukan pertemuan, paling tidak ada minat investasinya sudah oke, tapi ada beberapa kondisi bisnis yang diharapkan dari pemerintah. Dari bisnis itu ya pemerintah lagi konsolidasi internal," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (20/6/22).
(hoi/hoi) Next Article Video: Pengiriman Kendaraan Tesla Melonjak 40% Pada 2022