²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Waspada Biden! Perang Rusia-Ukraina Jadi 'Bom Waktu' untuk AS

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
01 July 2022 15:20
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel)
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina dikatakan memiliki efek merusak terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan Art Laffer, mantan penasihat ekonomi di pemerintahan kepresidenan Ronald Reagan.

Presiden Joe Biden sendiri telah mengakui bahwa AS merasakan dampak perang di Rusia. Laffer mengatakan konflik yang meluas dapat memiliki dampak ekonomi yang besar di AS.

"Ini akan menjadi perang darat yang sangat panjang dan berlarut-larut di Eropa, dan itu adalah hal terburuk yang bisa kita bayangkan," katanya, mengutip Newsweek, Jumat (1/7/2022).

"Sangat buruk bagi perekonomian untuk memiliki perang darat di Eropa. Perang tidak baik untuk negara, dan membiarkan perang darat ini terjadi benar-benar mengerikan... Tidak ada akhir yang bisa saya lihat."

Meski begitu, Laffer merasa Biden melebih-lebihkan peran Rusia dalam tingginya biaya bahan bakar. Dia mengakui perang menyebabkan "masalah minyak dan energi," tetapi itu sudah terjadi jauh sebelumnya.

"Masalah minyak saya akan menempatkan 90% di kaki Joe Biden dan pemerintahan ini karena kebijakan anti-produksi mereka," katanya.

Laffer, yang juga merupakan penasihat ekonomi untuk mantan Presiden Donald Trump selama kampanye presiden 2016, mencatat produksi minyak turun dari tingkat pra-pandemi, meskipun industri energi beroperasi pada "kapasitas yang sangat tinggi."

Ia juga melihat masalah ekonomi utama di AS, tetapi merasa resesi dapat dihindari. Namun, pertama, Laffer mengatakan inflasi perlu diselesaikan dengan sangat cepat dan kemudian Biden harus fokus pada masalah ekonomi lainnya.

Biden sendiri sebelumnya sering menyebut "kenaikan pajak Putin" ketika membahas kenaikan biaya bensin negara. Dalam pidatonya minggu lalu, dia mencatat bahwa harga gas telah naik US$2,00 per galon dan "terkadang lebih" di AS sejak dimulainya perang.

Selain menyalahkan Putin, Biden juga mengkritik perusahaan minyak karena mengambil untung dari situasi tersebut. Dia menuduh perusahaan "memperburuk rasa sakit" bagi konsumen dan mengatakan ada putus asa konsumen terkait harga minyak dan gas.

Presiden Vladimir Putin sendiri telah mengubah strateginya di Ukraina ke perang gesekan dan dia siap untuk melanjutkan perang selama berbulan-bulan. Putin bahkan mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak akan menetapkan batas waktu untuk mengakhiri perang.

Ia juga menyatakan berkomitmen untuk tujuan membebaskan sebagian Ukraina dan mengurangi ancaman terhadap Rusia.


(tfa/luc) Next Article Rusia Warning Bentrok Langsung dengan AS, Sebut-Sebut Nuklir!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular