²©²ÊÍøÕ¾

Putin Mau Bangun Pembangkit Nuklir di IKN, Pemerintah Setuju?

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
05 July 2022 11:24
In this Feb. 12, 2020, photo, the Unit 1 and 2 reactor buildings, damaged by the 2011 earthquake and tsunami, are seen at the Fukushima Dai-ichi nuclear power plant in Okuma, Fukushima Prefecture, Japan. Nine years ago, on March 11, 2011, a magnitude 9.0 quake and tsunami destroyed key cooling functions at the plant, causing a meltdown that leaked a massive amount of radiation and forcing some 160,000 residents to evacuate. About 40,000 of them still haven't returned. (AP Photo/Jae C. Hong)
Foto: Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Dai-ichi. (AP Photo/Jae C. Hong)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara perihal Presiden Rusia Vladimir Putin yang berkeinginan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia yang baru, di Kalimantan Timur.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan bahwa tawaran kerja sama bilateral dalam pengembangan PLTN bukan hanya berasal dari negeri beruang merah itu. Namun terdapat sejumlah negara yang menawarkan hal yang sama.

Meski begitu, Kementerian ESDM masih melihat mana yang lebih kompetitif dan reliabel untuk direalisasikan. "Kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai tahun 2040 berdasarkan peta jalan energi yang telah kami susun," ujar Agung kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (5/7/2022).

Seperti diketahui, pada saat bertemu Presiden Joko Widodo di Kremlin Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan kerja sama untuk menggarap proyek nuklir di Indonesia.

Menurut Putin perusahaan energi Rusia yakni Rosatom State Corporation mempunyai pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi dalam pengembangan PLTN. Rosatom sendiri telah mengembangkan PLTN yang terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6, yang berkapasitas 1.200 MW di Voronezh.

Selain di darat, Roastom juga membangun PLTN Terapung KLT-40S, yang dapat berlayar menjelajahi sejauh 5.000 Km, dengan kapasitas sebesar 80 MW. Rosatom saat ini menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang merupakan pertama di dunia, dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standaard.

Pakar Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai dengan segudang pengalaman yang dimiliki oleh Rosatom, tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia pun layak diterima.

"PLTN termasuk energi bersih, yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik di Indonesia," ujarnya.

Menurut Fahmy PLTN juga dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Tenaga Surya dan Bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu. Mengingat sumber pembangkit itu bersifat intermitten, yang tergantung cahaya matahari dan hembusan angin.

Oleh sebab itu, sebelum kerja sama Indonesia dan Rusia direalisasikan, Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir. "KEN itu harus diubah menjadikan PLTN sebagai energi prioritas," katanya.

Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN. Pasalnya, selama ini tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah.

"Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia dan Ukraina. Namun, kemajuan teknologi reaktor nuklir generasi terbaru, yang digunakan oleh Rosatom, dapat mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident)," ujarnya.


(pgr/pgr) Next Article Tawaran Putin Bangun Pembangkit Nuklir di IKN Layak Diterima?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular