²©²ÊÍøÕ¾

Emisi Batu Bara Bikin Pusing, IEA Ungkap 'Obatnya'

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
15 November 2022 21:10
Ilustrasi (Photo by Pixabay from Pexels)
Foto: Ilustrasi (Photo by Pixabay from Pexels)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Transisi energi merupakan suatu hal yang harus segera dikebut oleh negara-negara di dunia untuk menekan emisi karbon, terutama yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari dampak parah dari perubahan iklim. Laporan terbaru International Energy Agency atau IEA menyerukan adanya kebijakan yang dapat memobilisasi pembiayaan besar-besaran untuk transisi ke energi bersih dengan cepat terutama di negara berkembang.

Laporan khusus IEA yang baru saja diluncurkan bertajuk "Batubara dalam Transisi Nol Bersih: Strategi untuk Perubahan yang Cepat, Aman, dan Berpusat pada Manusia" memberikan analisis yang cukup penting.

Laporan tersebut mencakup apa yang diperlukan untuk menurunkan emisi batu bara global sembari mendukung keamanan energi dan pertumbuhan ekonomi, serta mengatasi konsekuensi sosial dan pekerjaan dari perubahan yang terlibat.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi batu bara global saat ini terjadi di negara-negara yang telah berjanji untuk mencapai emisi nol bersih. Namun demikian, permintaan batu bara global telah stabil mendekati rekor tertinggi selama satu dekade terakhir.

Direktur eksekutif IEA Fatih Birol menilai jika tidak ada yang dilakukan, maka emisi yang dihasilkan dari PLTU batu bara akan membuat kenaikan suhu di atas 1,5 derajat celcius. Oleh sebab itu, ia berharap agar pembiayaan internasional untuk penghentian pengoperasian PLTU dapat direalisasikan.

"Kami sangat ingin melihat pembiayaan internasional untuk penghentian pembangkit batu bara secara perlahan tapi pasti. Jika tidak, akan sangat sulit untuk mengurangi emisi dari batu bara ke tingkat yang sesuai dengan target emisi kami termasuk target 1,5 derajat," ujar dia dalam Coal in Net Zero Transitions: Strategies for Rapid, Secure and People-Centred Change, Selasa (15/11/2022).

Saat ini, setidaknya ada sekitar 9.000 PLTU di seluruh dunia dengan total kapasitas 2.185 gigawatt (GW). Adapun usia PLTU tersebut sangat bervariasi, di AS misalnya rata-rata lebih dari 40 tahun, sementara di negara berkembangan kurang dari 15 tahun.

Fasilitas industri yang menggunakan batu bara juga masih berumur panjang, dengan keputusan investasi yang akan dibuat dekade ini, maka penggunaan batu bara di industri berat selama beberapa dekade mendatang akan berlangsung.

Oleh sebab itu, peningkatan besar-besaran sumber pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) disertai dengan peningkatan efisiensi energi di seluruh sistem merupakan kunci. Terutama untuk membuka pengurangan penggunaan batu bara untuk listrik dan untuk mengurangi emisi dari aset yang ada.


(luc/luc) Next Article 2022 Skip Aja, Pasar Minyak Lebih Bergairah 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular