²©²ÊÍøÕ¾

'Hantu' Resflasi Muncul, RI Waspada Kena Getahnya!

Arrijal Rachman, ²©²ÊÍøÕ¾
24 November 2022 14:15
Paparan Badan Kebijakan Fiskal RI,  Febrio Kacaribu di acara sarasehan 100 ekonom (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Paparan Badan Kebijakan Fiskal RI, Febrio Kacaribu di acara sarasehan 100 ekonom (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah akan mewaspadai fenomena resflasi atau resesi dan inflasi yang dialami dunia. Mengingat perekonomian Indonesia sangat bergantung pada dinamika global.

Kepala Badan Pusat Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan RI Febrio N. Kacaribu menuturkan resflasi sebenarnya adalah kondisi stagflasi.

"Artinya kan itu kalau pertumbuhan ekonominya, ini kan fenomena terutama nanti harus kita waspadai dari negara maju, Amerika itu kan provabilitanya untuk resesinya juga masih cukup tinggi," papar Febrio saat ditemui di DPR RI, Kamis (24/11/2022).

Kemarin, pada semester 1-2022, Amerika Serikat (AS) sudah resesi sebenarnya 2 kuartal berturut-turut negatif. Sekarang, pada kuartal III-2022, AS kembali positif. Namun, Febrio melihat ketidakpastiannya masih tinggi sekali

Kondisi Eropa juga demikian, menurut Febrio, wilayah ini akan mengalami perlambatan atau bahkan beberapa negara pertumbuhannya negatif itu namanya resesi.

"Kalau resesi dibarengi dengan inflasi yang masih tinggi itu namanya stagflasi, itu kombinasi yang berat. Karena suku bunga kebijakannya mengalami dilema," katanya.

Dalam mengendalikan inflasi, biasanya negara-negara tersebut akan menggunakan tingkat sukubunganya dengan cara menaikkan di sisi lain. Jika suku bunga dinaikkan itu menjadi tekanan bagi aktivitas ekonomi, padahal ekonominya sudah melemah. Kondisi ini menjadi dilema, dan tentunya menjadi ketidakpastian.

"Tingkat suku bunganya harus dinaikkan tapi ekonominya melemah itulah yang disebut double risk tadi, yang stagflasi tadi, itu tidak mudah makanya bagi negara maju EU. Ini merupakan tantangan berat," ujarnya.

Menurut Febrio, kondisi ketidakpastian akan berdampak pada Indonesia. Namun, Indonesia saat ini masih melihat potensi pertumbuhan yang cukup kuat pada tahun ini karena ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5% dalam tiga kuartal terakhir.

"Untuk 2023 karena perekonomian kita juga pasti tergantung pada dinamika global, seperti ekspor kita itu juga kena tantangan karena kalau di negara tujuannya ekspor kita, pertumbuhan ekonominya melambat tentu permintaan mereka juga akan terkoreksi itu yang harus kita antisipasi," papar Febrio.

Di sisi lain, dia melihat tingkat suku bunga acuan yang harus meningkat akan diantisipasi.


(haa/haa) Next Article BI Khawatirkan Ancaman Resflasi, Fenomena Apa Itu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular