
Lebih Menular! Varian Covid XBB.1.5 Muncul, Negara Ini Kena

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Virus corona atau Covid-19 varian baru XBB 1.5 ditemukan mudah menular di Afrika Selatan. Hal ini memicu peringatan bagi seluruh dunia, termasuk Nigeria yang memiliki jumlah populasi terbesar di Afrika. Setelah sebelumnya varian XBB 1.5 menjangkit banyak warga di Amerika Serikat (AS).
Pemimpin Teknis Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Maria Van Kerkhove menjelaskan, "XBB 1.5 merupakan sub-varian yang paling mudah menular, yang terdeteksi sejauh ini selama pandemi," ujarnya dilansir dari Business Day, Minggu (8/1/2023).
Varian XBB 1.5 juga dijuluki sebagai 'varian kraken' oleh beberapa peneliti, karena kemampuannya yang menularkan begitu cepat. Sejauh ini belum ada perbedaan signifikan dalam keparahan yang teridentifikasi antara kasus yang disebabkan oleh XBB 1.5 dan kasus dari varian lain.
WHO berencana untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai risiko varian jenis ini dalam beberapa hari mendatang.
Seperti diketahui, virus corona varian XBB 1.5 ditemukan dalam pengurutan gen yang dilakukan oleh para peneliti Afrika Selatan di Universitas Stellenbosch dari sampel 27 Desember.
Tulio de Oliveira, Kepala Lembaga Pengurutan Gen di Universitas Stellenbosch mengungkapkan, menurut data WHO, XBB 1.5 dengan cepat menjadi strain dominan di Amerika Serikat (AS) dan telah terdeteksi setidaknya di 28 negara lain.
Kendati demikian, kata Oliveira tidak ada dampak pada kasus, rawat inap atau kematian yang terlihat di Afrika Selatan sejauh ini dari varian XBB 1.5 belum. Pun saat ini belum teridentifikasi di China, yang saat ini juga tengah mengalami lonjakan infeksi setelah melonggarkan kontrol ketat.
XBB.1.5 adalah turunan dari subvarian omicron XBB - yang merupakan persilangan antara dua galur sebelumnya: BA.2.75 dan BA.2.10.1.
Varian XBB asli telah menyebabkan gelombang infeksi di negara-negara termasuk Singapura dan India sejak WHO pertama kali menyatakan keprihatinannya Oktober lalu.
Meskipun terhitung hanya 1% dari semua kasus Covid pada awal Desember, perkiraan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menunjukkan bahwa telah melonjak menjadi jenis yang dominan atau sekitar 41% dari semua infeksi. . Di negara bagian timur laut, angka itu melonjak di atas 70%.
Di negara lain, proporsi infeksi yang disebabkan oleh XBB.1.5 tetap lebih rendah, meskipun gambarannya dapat berubah dengan cepat.
Perkiraan dari Wellcome Sanger Institute menemukan bahwa varian tersebut merupakan sekitar 4% dari infeksi Covid di Inggris pada pertengahan Desember, sementara Kanada menemukan beberapa kasus seperti itu.
WHO mencatat, hanya 29 negara yang melaporkan kasus yang disebabkan oleh varian XBB 1.5, otoritas kesehatan memperingatkan itu bisa jauh lebih luas dan berkembang biak secara diam-diam.
Para ilmuwan menunjukkan bahwa sub-varian memiliki afinitas yang lebih kuat terhadap ACE2, reseptor kunci untuk virus, yang memungkinkannya untuk mengikat lebih mudah dan meningkatkan penularannya.
Apakah XBBÂ 1.5 Lebih Berbahaya dari Varian Sebelumnya?
Belum ada perbedaan signifikan dalam tingkat keparahan yang dilaporkan pada kasus yang disebabkan oleh XBB 1.5 dan varian sebelumnya.
Namun, yang menjadi perhatian para ilmuwan adalah, karena XBB 1.5 menunjukkan adanya tanda-tanda yang bisa menembus kekebalan daya tahan tubuh.
Itu berarti ia memiliki kemampuan untuk menghindari kekebalan alami atau perlindungan sebelumnya yang diberikan oleh vaksin, dan menginfeksi kembali orang yang telah pulih dari serangan Covid sebelumnya.
Sampai saat ini data mengenai XBB 1.5 dan kecenderungannya dalam berisiko parah atau bahkan kematian juga masih belum ditemukan.
Terapi sebelumnya untuk mengatasi Covid - seperti perawatan antibodi monoklonal - dianggap tidak efektif oleh strain sebelumnya. Tren itu akan berlanjut dengan varian baru.
Kendati demikian, para ilmuwan dalam artikel peer-review baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Cell memperingatkan bahwa subvarian seperti XBB menimbulkan "ancaman serius" terhadap vaksin Covid saat ini.
Penularan yang lebih tinggi juga berarti lebih banyak orang yang mungkin terinfeksi, dan dengan demikian menderita akibat yang parah.
Tidak jelas apakah pengalaman AS dengan XBB.1.5 akan meluas ke negara lain. Pasalnya tingkat vaksinasi di negeri Paman Sam ini sangat rendah, hanya 15% dari populasi berusia lima tahun ke atas yang telah menerima dosis penguat bivalen yang diperbaharui. WHO berencana merilis penilaian terbaru tentang risiko varian jenis ini dalam beberapa hari ke depan.
(cap/cap) Next Article Nambah Kasus Baru, Ini Kondisi Corona Indonesia Sepekan
