
WEF Davos, Forum Elite yang Lebih Banyak Lahirkan Konspirasi

Jakarta, CNCB Indonesia - Forum Ekonomi Dunia atau World Economy Forum (WEF) kembali digelar sejak Senin (16/1/2023). Pada tahun ini forum mengambil tema "Cooperation in a Fragmented World" yang akan bergulir sampai tanggal 20 Januari 2023.
Beranjak pada topik itu, pertemuan ini fokus pada upaya menghadapi krisis, baik ekonomi atau politik, yang berdampak pada masyarakat global. Seperti biasa, perhelatan tahunan ini dihadiri oleh ribuan eksekutif perusahaan, bankir, ekonom, menteri keuangan, kepala bank sentral, dan kepala organisasi keuangan dari berbagai negara.
Tak heran kalau WEFÂ termasuk dalam salah satu forum pertemuan terbesar di dunia setiap tahunnya. Sejak pertama kali diselenggarakan dengan nama European Management Forum pada 1971, pertemuan ini punya tujuan untuk membawa perubahan positif di tatanan global.
Oleh karena itu, perintisnya, Klaus Schwab, berupaya mengajak para pemimpin negara dan CEO perusahaan raksasa dunia bergabung ke forum agar tujuan tersebut dapat tercapai. Dengan hadirnya sinergi dua pihak itu dipercaya akan terbentuk kesepahaman dan keselarasan kebijakan.
Meski demikian, WEF lebih dari sekedar forum ekonomi. Bisa dikatakan, forum ini adalah pertemuan elite global dan para raksasa keuangan yang punya kekuatan dan pengaruh untuk mengontrol seisi dunia.
Banyak yang percaya kalau mereka menyusun hal rahasia untuk dunia, alih-alih kebijakan ekonomi. Dari pandangan inilah teori konspirasi lahir seiring berjalannya acara.
Di jagat maya pun ramai tentang hal ini. Dilansir Time, banyak warganet yang menduga kalau WEF memang melahirkan wacana untuk mementingkan kepentingan kapitalisme global yang didominasi Barat.
"Dalam forum tersebut ada ratusan sesi yang terbuka untuk publik. Namun, konferensi itu juga terdapat pertemuan di 'ruang belakang' yang rahasia untuk membuat kesepakatan para pemimpin bisnis. Kesenjangan antara apa yang diperlihatkan kepada publik dengan yang tidak sangatlah jelas. Sehingga mendorong munculnya kesalahan informasi," tulis media itu.
Namun, jauh sebelum laporan Time, sudah ada tulisan berjudul "How Powerful are Transnational Elite Clubs? The Social Myth of the World Economic Forum" yang terbit di jurnal New Political Economy tahun 2003. Penulisnya Jean-Christophe Graz adalah ilmuwan politik dari Universite de Lausanne.
Menurutnya, WEFÂ punya kekuatan hegemonik yang kuat mengingat forum itu diisi oleh orang-orang berpengaruh. Namun, dia juga tidak menjelaskan sejauh mana dampak kekuatan yang dimiliki WEF, apakah melahirkan konspirasi atau tidak.Â
Kontroversi terbaru WEF terjadi baru-baru ini atau tepatnya pada tahun 2020 ketika mengeluarkan program The Great Reset. Dalam laman resminya, program ini berupaya mendorong para pengusaha dan pejabat negara untuk membantu seluruh orang tidak mampu di dunia.
Ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sosial kaum kapitalis. Ranahnya mulai dari iklim, keamanan, teknologi, ekonomi, dan politik.Â
Dilansir µþµþ°äÌý±õ²Ô³Ù±ð°ù²Ô²¹³Ù¾±´Ç²Ô²¹±ô, WEF menjadikan pandemi COVID-19 sebagai momentum yang tepat untuk melakukan hal ini. Pasalnya, Covid-19 berhasil membuat manusia menata dan mengatur ulang kehidupannya.
Karenanya, penataan ulang ini jika diselaraskan dengan program The Great Reset dipercaya akan menciptakan masa depan yang lebih baik.  Disinilah letak masalahnya.Â
Tujuan program memang terkesan mulia. Namun, ini menimbulkan pertanyaan, salah satunya, tentang menjadikan pandemi sebagai landangan kebijakan.
Bagi sebagian orang, artinya pandemi yang bermula dari China ini muncul akibat kesengajaan elite global WEF. Mereka menciptakan Covid-19 untuk mencapai tujuan kapitalisme global.Â
Namanya konspirasi jelas hanya spekulasi. Tidak jelas kebenarannya.
Namun, sejak program ini diluncurkan diskursus teori konspirasi di balik perhelatan WEFÂ semakin besar. Dan justru malah melupakan permasalahan atau kritik mendasar tentang forum itu.
Misalkan, kritik mengenai peningkatan penggunaan pesawat jet pribadi di tiap konferensi yang mengeluarkan emisi besar. Ini tentu tidak sesuai dengan semangat pembaharuan iklim yang diusung WEF.Â
Lalu, apakah hasil WEFÂ tahun ini melahirkan konspirasi atau paket kebijakan ekonomi?
(mfa/mfa) Next Article WEF Davos 2023 Resmi Dimulai, Apa yang Dibicarakan?
