²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Covid China Diramal Meledak Saat Imlek, Xi Jinping Buka Suara

luc, ²©²ÊÍøÕ¾
Kamis, 19/01/2023 10:40 WIB
Foto: Upacara peringatan resmi untuk mendiang mantan Presiden China Jiang Zemin di Aula Besar Rakyat di Beijing pada Selasa, 6 Desember 2022. (AP/CCTV)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden China Xi Jinping menyatakan prihatin tentang situasi pandemi di perdesaan China. Hal tersebut terungkap dalam laporan kantor berita Xinhua jelang mudik jutaan orang untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Pemimpin China itu juga membela kebijakan nol-Covid-nya, yang dicabut bulan lalu setelah melumpuhkan ekonomi dan memicu protes nasional, dengan mengatakan itu adalah "pilihan yang tepat".

"Xi mengatakan dia sangat prihatin dengan daerah perdesaan dan penduduk perdesaan setelah negara menyesuaikan langkah-langkah respons Covid-19," lapor Xinhua, dikutip AFP, Kamis (19/1/2023).


Dia menekankan upaya untuk meningkatkan perawatan medis bagi mereka yang paling rentan terhadap virus di daerah perdesaan.

"Pencegahan dan pengendalian epidemi telah memasuki tahap baru, dan kita masih dalam periode yang membutuhkan upaya besar," kata Xi, menekankan perlunya "mengatasi kekurangan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi di daerah perdesaan".

Otoritas transportasi memperkirakan bahwa lebih dari dua miliar perjalanan akan dilakukan selama periode 40 hari antara Januari dan Februari, hampir dua kali lipat jumlah tahun lalu dan 70% dari tingkat prapandemi.

Media negara melaporkan bahwa 30,2 juta orang melakukan perjalanan nasional pada hari Rabu saja.

Migrasi besar-besaran - salah satu yang terbesar di dunia - secara luas diperkirakan akan membawa lonjakan kasus virus ke perdesaan China yang kekurangan sumber daya.

Adapun, dalam sebuah penelitian yang dilakukan lembaga pembuat prediksi Airfinity, hasil ini didasarkan pada data dari provinsi regional China yang dikombinasikan dengan tingkat infeksi yang dialami oleh negara-negara yang melonggarkan pembatasan Covid-19.

"China kemungkinan akan mengalami gelombang Covid yang lebih lama dan lebih parah karena festival tradisional (Imlek) yang ditandai oleh jutaan orang yang kembali ke rumah untuk bersatu kembali dengan keluarga mereka memicu penularan virus tingkat tinggi," menurut analis kesehatan Airfinity yang dikutip The Straits Times, Rabu, (18/1/2023).

"Perkiraan kami memperkirakan beban yang signifikan pada sistem perawatan kesehatan China untuk dua minggu ke depan," tambah Matt Linley, direktur analitik Airfinity.

"Kemungkinan banyak pasien yang dapat diobati bisa meninggal karena rumah sakit yang penuh sesak dan kurangnya perawatan."

Pembaruan ini memperhitungkan laporan yang menunjukkan infeksi telah memuncak di beberapa provinsi, termasuk Henan, Gansu, Qinghai dan Yunnan.

Indikator analitik menunjukkan bahwa virus menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan ke daerah pedesaan, sebagian didorong oleh orang yang bepergian untuk perayaan Tahun Baru Imlek.

Airfinity memperkirakan kematian kumulatif akibat Covid-19 di China mencapai 608.000 sejak Desember. Secara resmi, China melaporkan hampir 60.000 kematian terkait Covid di antara pasien yang dirawat di rumah sakit selama lima pekan.


(luc/luc)