²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Inflasi Ayam Bikin AS Pening, Putin Ikut Jadi Biang Kerok

luc, ²©²ÊÍøÕ¾
03 February 2023 12:30
Madali (52) memberi pakan ayam petelur di kawasan Tangerang Selatan, Selasa (12/10/2021). Peternak ayam petelur terus mengeluh dari harga Rp. 23.000/kg menjadi Rp. 18.000/kg, mereka mengeluarkan penurunan harga tidak sesuai dengan biaya pakan. Madali memiliki 800 ekor ayam negeri dan 800 ekor ayam kampung. Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, rata-rata harga telur ayam ras segar secara nasional pada 8 Oktober 2021 adalah Rp.23.000/kg tutun 2,52% dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. 
  (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Peternak Ayam Petelur (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Gaya hidup selama pandemi Covid-19, Perang Rusia dan Ukraina, hingga flu burung telah menyebabkan harga telur dan ayam melonjak di sejumlah penjuru dunia, termasuk Amerika Serikat (AS).

Harga berbagai macam produk telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan barang yang luar biasa kuat yang membuat produsen kewalahan. Masalah tersebut diperparah oleh perang Rusia yang dikobarkan Presiden Vladimir Putin di Ukraina, yang telah mengganggu pasokan pangan dan energi global.

Inflasi bahan makanan sangat akut karena pasokan biji-bijian menyusut dan biaya bahan bakar, pupuk, dan pakan ternak melonjak. 'Penderitaan' tak berhenti di situ, flu burung mulai melanda peternakan ayam komersial awal tahun lalu, mendorong harga telur naik tajam.

"Itu [masalah] terjadi satu demi satu," kata Jayson Lusk, yang memimpin departemen ekonomi pertanian di Universitas Purdue, kepada New York Times dan dikutip The Strait Times, Jumat (3/2/2023).

Seiring bertambahnya masalah, beberapa toko kelontong mulai menjatah persediaan telur, membatasi pelanggan untuk masing-masing satu atau dua karton.

Adapun, harga telur diperkirakan sudah sedikit menurun, namun masih sekitar dua kali lipat dari tahun lalu, dan butuh waktu berbulan-bulan agar harga kembali ke tingkat yang lebih normal.

Tingginya harga telur yang signifikan di AS telah membuat konsumen 'panik' dan mengambil langkah-langkah untuk mengamankan pasokan masa depan mereka sendiri.

Permintaan anak ayam yang akan tumbuh menjadi ayam petelur, yang melonjak saat awal pandemi Covid-19 pada 2020, kembali melonjak seiring dengan dimulainya musim penjualan 2023.

Industri penetasan telur dari seluruh negeri juga melaporkan bahwa permintaan sangat kuat tahun ini. Hal itu pun terus mengerek harga ayam yang sejatinya telah meroket sejak akhir tahun lalu.

"Kami sudah menjual banyak anakan, sebagian besar hingga musim panas," kata Meghan Howard, yang menjalankan penjualan dan pemasaran untuk Meyer Hatchery di timur laut Ohio. "Orang-orang sangat peduli dengan ketahanan pangan."

Minat penelusuran di Google untuk hal-hal terkait pemeliharaan ayam juga telah melonjak tajam dari tahun lalu. Hal itu kian memperkuat tren 'menanam dan memelihara' makanan sendiri di rumah yang sudah mulai muncul sebelum pandemi.

"Karena makin banyak kelangkaan, semakin banyak orang yang ingin memelihara makanan mereka sendiri," tutur Ginger, Direktur Pemasaran Murray McMurray Hatchery di Iowa.

Adapun, memelihara ayam sendiri secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Harga anakan beserta kandang dapat menelan biaya hingga ribuan dolar AS untuk membangunnya.

Kondisi yang terjadi juga menimbulkan kekhawatiran bahwa tren tersebut tak akan bertahan lama. Chicago Roo Crew, yang menampung kembali ayam dan ayam jantan yang tidak diinginkan, khawatir lonjakan pembelian anak ayam hari ini dapat membuat orang membuang ayam yang sudah besar.

"Kami sangat khawatir tentang hal ini sekarang," kata Julia Magnus, salah satu pendiri grup tersebut.

Menurutnya, ada lonjakan "unggas yang dibuang" setelah pembelian besar-besaran pada pandemi dan kelompok tersebut "masih berurusan dengan akibatnya".


(luc/luc) Next Article Astaga, Ada Virus Gentayangan, RI Terancam Krisis Pangan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular