²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Gempa Turki Bikin Erdogan Berada di Ujung Tanduk Kekuasaan

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
17 February 2023 06:20
Turkish President Recep Tayyip Erdogan talks to the press during his visit to the southeastern Turkish city of Kahramanmaras, two days after a strong earthquake struck the region, on February 8, 2023. - Many have taken refuge from relentless aftershocks, cold rain and snow in mosques, schools and even bus shelters -- burning debris to try to stay warm, after the earthquake, which is the largest Turkey had seen since 1939. (Photo by OZAN KOSE / AFP)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di lokasi gempa, Rabu (8/2/2023). (AFP/OZAN KOSE)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Gempa di Turki dan Suriah yang terjadi pada lebih dari sepekan lalu telah menewaskan lebih dari 41.000 jiwa. Selain itu, sebanyak hampir 6 ribu bangunan mengalami kerusakan.

Jumlah korban jiwa dan kerusakan ini disebut-sebut telah menggoyang posisi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dari 'singgasananya'. Oposisi negara itu pun masih terus melontarkan kritikan atas responsnya terhadap bencana alam ini.

"Anda memiliki sentralisasi di semua institusi Turki, yang tecermin dalam institusi yang seharusnya tidak dimilikinya," kata Hetav Rojan, pakar manajemen bencana, kepada Reuters, (17/2/2023).

Rojan berpendapat bahwa sistem, yang dirancang Erdogan melalui referendum konstitusi pada 2017, telah melumpuhkan badan tanggap bencana yang perlu membuat keputusan cepat sendiri.

Akibatnya, bantuan membutuhkan waktu berhari-hari untuk tiba di banyak daerah, dengan penduduk yang tertekan terpaksa menggunakan tangan kosong untuk mencoba menarik kerabat dari reruntuhan. Yang lainnya dibiarkan tanpa air, makanan, atau tempat berlindung dalam suhu beku.

Banyak relawan yang bergegas ke wilayah itu juga mengeluhkan lambatnya otoritas dari Pemerintah Turki agar mereka dapat segera bekerja.

Pemerintah sejak itu telah mengirim puluhan ribu tentara ke tempat kejadian, memperkuat dukungan bagi jutaan orang yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa berkekuatan 7,8.

Namun banyak yang masih marah pada penundaan awal. Pemimpin oposisi utama, yang bersaing ketat dengan Erdogan dalam jajak pendapat, telah mempelopori kritik tersebut.

"Tidak ada koordinasi. Mereka terlambat di jam-jam kritis. Ketidakmampuan mereka merenggut nyawa ratusan ribu warga negara kita," tutur figur oposisi Kemal Kilicdaroglu.

Erdogan telah mengakui kekurangan dalam penanganan pemerintah atas bencana paling mematikan di Turki dalam sejarah pasca-Ottoman ini. Erdogan menyalahkan hambatan seperti suhu beku dan bandara serta jalan yang rusak akibat gempa.

"Tidak ada pemerintahan di dunia yang bisa berbuat lebih baik," kata Erdogan.

Sementara itu, beberapa analis mengaitkan langkah saat gempa ini dapat menjadi manuver politik penting bagi Erdogan menjelang pemilihan umum pada Mei mendatang. Sejumlah pakar menyebut manuver yang dianggap salah dalam tanggap bencana dapat melukai suara figur yang telah berkuasa selama hampir 1 dekade itu.

"Erdogan menanggapi krisis dengan cepat dan koheren. Itu kemungkinan akan memoles citra pemimpinnya yang kuat menjelang pemilihan 14 Mei - jika pemerintah dapat mempertahankan momentum awalnya," ujar konsultan Eurasia Group kepada Reuters pekan lalu.

Bagaimanapun, menurut para ahli, Erdogan tidak menghadapi kritik dari sebagian besar media arus utama. Ini memberikan figur nomor satu di Turki itu keuntungan yang jelas atas oposisi.

"Media domestik yang sangat mendukung juga berarti bahwa Erdogan akan mengelola narasi dan dapat mengambil manfaat dari situasi tersebut," kata konsultan senior Eropa dari Economist Intelligence Unit Adeline Van Houtte dalam sebuah catatan.


(luc/luc) Next Article Gempa Turki Jadi Pertaruhan 'Hidup-Mati' Erdogan, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular