²©²ÊÍøÕ¾

Pabrikan Bongkar Efek Subsidi Mobil Listrik: China Gaet Tesla

Ferry Sandi, ²©²ÊÍøÕ¾
28 February 2023 15:00
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah tengah menggodok rancangan insentif untuk kendaraan listrik, baik untuk mobil maupun motor. Meski belum ada pengumuman resmi dari pemerintah, insentif yang diberikan diprediksi berkisar sampai puluhan juta rupiah, diantaranya dengan skema diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) alias PPN ditanggung pemerintah (PPN DTP).

Dalam dialog Automotive Outlook 2023 ²©²ÊÍøÕ¾, CEO Sokonindo Automobile, Alexander Barus, Head Of Sales Operations Hyundai Motors Indonesia Contantinus Herlijoso, dan Marketing And PR Director at MG Motor Indonesia Arief Syarifudin mengatakan, insentif dibutuhkan sebagai stimulan bagi konsumen di dalam negeri.

Apalagi, mobil listrik merupakan salah satu strategi untuk mencapai energi bersih. Di sisi lain, pasar Indonesia yang masih terbuka lebar, akan menarik bagi investor untuk berlomba-lomba masuk ke ekosistem kendaraan listrik. Ditambah dengan adanya insentif.

"Semua negara terutama untuk mendorong electric vehicle ini membutuhkan campur tangan pemerintah. Di China sendiri hampir US$60 miliar dikeluarkan jadi insentif kendaraan listrik. Begitu juga di AS, Presiden Biden mengumumkan green energy, artinya kendaraan listrik ini perlu diberi insentif," kata Alexander dikutip Selasa (28/2/2023).

"Bagaimana dengan Indonesia? Memang perlu pemerintah berikan insentif pada 2 hal. Pertama bagaimana pembeli yang beralih dari Internal Combustion Engine (ICE/ pembakaran internal) ke electric vehicle mendapatkan benefit. Mungkin diberikan insentif pembelian, besarannya tergantung keuangan negara," tambahnya.

Insentif pembelian tersebut, ujarnya, sebagai kompensasi kepada konsumen karena ikut dalam menekan emisi dan penghematan bahan bakar mentah (BBM/ bahan bakar minyak) impor.

"Kedua, sudah harus juga produsen mobil listrik berfikir memproduksi di Indonesia. Agar dampak ke ketenagakerjaan bisa dimanfaatkan pekerja Indonesia. Dalam hal ini kami harapkan pemerintah beri insentif bagi produsen yang memproduksi di Indonesia, meski belum sampai TKDN-nya (tingkat kandungan dalam negeri) di atas 60%," kata Alexander.

"Dengan begitu pertumbuhan pasar bisa sustain. Intinya, akan sulit tumbuh berkembang tanpa campur tangan pemerintah dalam bentuk insentif orang beli mobil dan produsen mobil listrik," katanya.

Sementara itu, secara umum Constantinus Herlijoso mengatakan, industri otomotif membutuhkan insentif. Pasalnya, sektor ini merupakan industri mercusuar di Indonesia.

Salah satu insentif yang pernah diberikan pemerintah untuk industri otomotif adalah diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Insentif ini diakui jadi salah satu penopang tetap bertumbuhnya industri otomotif di tengah tekanan efek domino pandemi Covid-19 terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.

"Dan, rantai pasok otomotif ini adalah salah satu yang terbesar untuk ekonomi di Indonesia. Sangat mendukung akan diberikan insentif, soal besarannya pasti pemerintah sudah memperhitungkan dengan tepat," kata Herlijoso.

Arief Syarifudin menambahkan, insentif seperti diskon PPnBM akan jadi stimulan bagi konsumen untuk bisa membeli mobil. Juga, memacu daya beli konsumen dari hulu ke hilir.

Dia mencontohkan insentif yang mampu mendorong sedan keluaran Morris Garage (MG) yaitu MG 5 GT yang berhasil menempati peringkat pertama pasar sedan di Indonesia bulan Januari 2023.

"Karena daya beli masyarakat beli sedan juga semakin tinggi. Karena apa? Karena insentif PPnBM berdasarkan uji emisi. Insentif ini masih dibutuhkan pastinya," kata Arief.

"Bagaimana mengurangi emisi, lalu menerapkan green technology. Hal-hal itulah perlu diperlihatkan ke depan ke semua konsumen, bukan hanya di Indonesia tapi secara global. Nah low emission semakin rendah, akan hal positif bagi konsumen," tambahnya.

Herlijoso menambahkan, insentif yang kemudian memperbesar pasar akan jadi daya tarik bagi investor. Sehingga lebih berani memacu investasinya di Indonesia.

Alexander mengatakan, insentif PPnBM berdasarkan emisi akan jadi daya tarik tersendiri.

"Untuk mobil konvensional, di negara lain insentif itu sudah hampir nol. Bahkan sudah disinsentif," ujarnya.

Cara tersebut, katanya, mampu menarik investor untuk masuk ke dalam negeri dan membangun pabrik serta industrinya di China. Salah satu syaratnya adalah harus bergabung dengan pemain lokal, misalnya VW. Namun ini tidak berlaku bagi Tesla yang bangun pabrik di Shanghai dan tidak harus bergabung pemain mobil China.

"Pemerintah China tahu dengan bawa Tesla ke China dampaknya sangat besar. Pemerintah boleh pikirkan gimana beri insentif ke investor bangun pabrik di RI seperti kami bangun pabrik di Cikande, bukan hanya untuk pasar Indonesia tapi Asean dari prinsipal kami, karena Indonesia setir kanan, jadi semua produksi setir kanan kami produksi dari RI," pungkas Alexander.

"Insentif PPnBM memang masih diperlukan tapi direct incentive perlu dicontoh seperti dilakukan pemerintah China," kata Alexander.


(dce/dce) Next Article Pemerintah Guyur Insentif PPN Rumah, Masyarakat Tertarik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular