
Rusia Sebut AS-NATO Pembawa Bencana, Perang Nuklir Mengintai

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Keterlibatan Amerika Serikat (AS) dan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam perang di Ukraina dinilai berisiko melahirkan bencana baru.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa Kamis (2/3/2023).
"Ancaman strategis yang paling akut kini ditimbulkan oleh kebijakan AS dan NATO yang ditujukan untuk mengobarkan konflik lebih lanjut di dalam dan sekitar Ukraina," katanya, dilansir AFP.
"Keterlibatan mereka yang meningkat dalam konfrontasi diperparah oleh bentrokan militer langsung dengan kekuatan nuklir yang menimbulkan konsekuensi bencana," tambahnya.
Namun, pidato Ryabkov itu nyatanya tak banyak didengar, sebab lebih banyak diplomat Barat secara khusus memilih untuk berkumpul secara simbolis untuk kesempatan berfoto di depan mural bendera Ukraina selama waktu pidatonya. Alhasil, ruangan di mana ia berpidato dilaporkan kosong.
"Kami menganggap ini sebagai pertunjukan solidaritas yang luar biasa dengan rakyat Ukraina yang menentang agresi Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan," kata Duta Besar Ukraina Yevheniia Filipenko.
"Sampai Rusia mengeluarkan tank-tanknya dari wilayah Ukraina... kami di sini untuk menunjukkan dukungan kepada rekan Ukraina kami," kata Duta Besar Inggris Simon Manley. "Pertarungan mereka adalah pertarungan kami."
Konferensi Perlucutan Senjata adalah forum perlucutan senjata multilateral paling terkemuka di dunia. Itu dibuat pada 1979 untuk mencoba membendung perlombaan senjata Perang Dingin.
Konferensi itu bukanlah badan PBB, tetapi bertemu di markas besar PBB di Jenewa selama tiga sesi setiap tahun untuk membahas pengendalian senjata dan perlucutan senjata, dengan fokus pada pengendalian perlombaan senjata nuklir.
Namun, pernyataan yang disampaikan di sana menjadi makin agresif sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina setahun lalu. Pada pembukaan sesi konferensi pada Senin, AS mengkritik penangguhan partisipasi Rusia di New START, pakta kontrol senjata nuklir terakhir antara Moskow dan Washington.
"Rusia sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa itu bukan kekuatan nuklir yang bertanggung jawab," katanya. "Kita sekarang menghadapi lingkungan keamanan yang tidak stabil secara dramatis yang menjauhkan kita dari aksi kolektif di sini."
Ryabkov bersikeras bahwa Rusia tidak punya pilihan selain menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian itu. "Ini karena perang hibrida total (telah) dilancarkan terhadap kami," jelasnya.
(luc/luc) Next Article Rusia Peringatkan AS: Jangan Ultimatum Kami Soal Nuklir!