
Premi Risiko Investasi Credit Suisse 'Meledak', Susul SVB?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) di lembaga perbankan Credit Suisse Group naik ke rekor tertinggi pada Senin (13/3/2023). Hal ini dipicu runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) memicu kekhawatiran tentang penularan yang lebih luas di industri perbankan.
CDS merupakan istilah yang menggambarkan produk derivatif berupa kontrak keuangan yang memungkinkan investor untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bisnisnya kepada pihak lain, dengan membayar premi sesuai pada angka yang disepakati.
CDS Credit Suisse dengan tenor 5 tahun pada Senin melonjak sebanyak 36 basis poin menjadi 453 basis poin. Tercatat, CDS bank asal Swiss itu menjadi yang paling meningkat dalam indeks Bloomberg yang melacak CDS dari 125 perusahaan kelas atas Eropa.
Saham bank dan asuransi Eropa merosot pada hari yang sama. Saham Credit Suisse pun anjlok sebanyak 15% ke rekor terendah baru.
Bahkan, sebelum gejolak yang disebabkan oleh kematian SVB, investor khawatir tentang kemampuan Credit Suisse untuk menempatkan rencana restrukturisasi yang akan memutarnya lebih jauh ke pinjaman swasta, memotong sebagian besar bisnis perbankan investasi, dan mengurangi biaya dengan memangkas 9.000 pekerjaan.
Awal bulan ini, Credit Suisse mengatakan pihaknya menunda publikasi laporan tahunannya menyusul permintaan menit-menit terakhir oleh regulator AS atas laporan keuangan sebelumnya.
Bank tersebut juga bergulat dengan keberangkatan lintas departemen. Setidaknya selusin bankir swasta di tingkat direktur pelaksana ke atas telah meninggalkan Singapura dan Hong Kong sejak September, atau berencana untuk pergi.
Sementara itu, kepercayaan investor pada Credit Suisse juga mulai menurun. Salah satu pemegang saham utama Credit Suisse, Harris Associates, telah menjual sahamnya di bank tersebut selama beberapa bulan terakhir.
Wakil ketua dan kepala investasi dari Komunitas aktivis investor yang berbasis di Chicago, David Herro, sebelumnya mengatakan Harris telah menjual saham tersebut setelah tak lagi percaya dengan strategi Credit Suisse untuk membendung kerugian yang terus-menerus karena ditinggal kliennya.
"Ada pertanyaan tentang masa depan waralaba. Ada arus keluar yang besar dari manajemen kekayaan," kata tulis The Strait Times mengutip perkataan Herro.
(luc/luc) Next Article Putra Mahkota Arab Beraksi, MBS Mau Beli Raksasa Bank Ini
