
Kabar Buruk Lagi dari AS, Imbas Kasus Silicon Valley Bank

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lembaga pemeringkat Moody's memotong peringkat perbankan Amerika Serikat (AS). Hal ini menyusul tumbangnya beberapa bank-bank di Negeri Paman Sam itu.
Perusahaan tersebut mengatakan langkah ini diambil sehubungan dengan kegagalan bank-bank tersebut. Kejatuhan itu pun telah membuat Gedung Putih berencana mengambil langkah penyelamatan.
"Kami telah mengubah prospek kami menjadi negatif dari stabil pada sistem perbankan AS untuk mencerminkan penurunan yang cepat dalam lingkungan operasi setelah simpanan berjalan di Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank (SNY) dan kegagalan SVB dan SNY," kata Moody's dalam sebuah laporan dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International, Rabu, (15/3/2023).
Langkah tersebut mengikuti tindakan Senin malam, ketika Moody's memperingatkan penurunan peringkat atau menempatkan peninjauan untuk menurunkan peringkat tujuh institusi individu.
Hal tersebut penting karena dapat berdampak pada peringkat kredit. Dengan demikian dampaknya juga dapat berpengaruh kepada biaya pinjaman untuk sektor tersebut.
Sementara itu, SVB resmi dinyatakan kolaps pada Jumat (10/3/2023). Bank tersebut ambruk karena gagal mendapatkan suntikan modal dan penarikan dana dari nasabah dan investor.
Dahsyatnya, SVB bangkrut hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar atau setara Rp 34,75 triliun untuk menambah modal pada Rabu (8/3/2023).
Selain SVB, kebangkrutan juga dialami Signature Bank dan Silvergate Bank. Keduanya diketahui merupakan bank utama untuk industri kripto di Negeri Paman Sam.
Signature disita pada Minggu (12/3/2023) malam oleh regulator perbankan sementara Silvergate mengatakan pada hari Rabu pekan lalu bahwa mereka akan menghentikan operasi dan melikuidasi banknya.
Signature dan Silvergate adalah dua bank utama untuk perusahaan crypto, dan hampir setengah dari semua usaha startup yang didukung AS menyimpan dana di Silicon Valley Bank. Termasuk dana modal ventura ramah crypto dan beberapa perusahaan aset digital.
Kejatuhan kedua bank itu terjadi setelah terjadinya ketidakstabilan di pasar stablecoin. Mulai dari keruntuhan TerraUSD Mei lalu, regulator telah memperhatikan stablecoin dalam beberapa minggu terakhir.
Stablecoin yang dipatok dolar Binance, BUSD, mengalami arus keluar besar-besaran setelah regulator New York dan Securities and Exchange Commission memberikan tekanan pada penerbitnya, Paxos.
Selama akhir pekan, kepercayaan pada sektor ini kembali terpukul karena USDC, stablecoin yang dipatok dolar AS dan paling likuid kedua, kehilangan pasaknya. USDC turun di bawah 87 sen pada satu titik pada hari Sabtu setelah penerbitnya, Circle, mengaku memiliki US$ 3,3 miliar (Rp 50 triliun) yang dibelokkan SVB.
Sementara itu, Moody's menambahkan bahkan The Fed kemungkinan akan menaikan suku bunganya kembali tahun ini. Tak hanya itu, lembaga tersebut juga memperkirakan ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi akhir tahun ini
"Kami memperkirakan tekanan akan bertahan dan diperburuk oleh pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi lebih lama sampai inflasi kembali ke dalam kisaran target Fed," kata Moody's.
(luc/luc) Next Article Video: Bank Silicon Valley Kolaps Dalam 48 Jam