
Ini Penyebab Prancis Makin Mencekam & Terancam 'Kiamat'

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Prancis makin mencekam. Kamis (23/3/2023), situasi dilaporkan sejumlah media bak "medan perang".
Ini terkait protes nasional di negara itu, yang memasuki hari ke-9. Kelompok anarkis "Blok Hitam" menghancurkan jendela toko, infrastruktur jalan, dan mengobrak-abrik restoran.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin melaporkan 123 petugas polisi terluka. Sebanyak 80 orang ditangkap di seluruh negeri.
Apa sebabnya?
Hal ini tak lain akibat undang-undang baru yang hendak disahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia akan menaikkan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun.
Kebijakan ini juga akan meningkatkan masa iuran yang diperlukan untuk pensiun penuh.
Pria berusia 45 tahun itu menyebut perubahan itu penting karena perkiraan defisit sistem untuk sebagian besar 25 tahun ke depan.
Itu mengacu pada data analisis ombudsman pensiun independen. Perlu diketahui, Prancis tertinggal dari tetangganya dan ekonomi utama Eropa lainnya, di mana usia pensiun telah dinaikkan menjadi 65 tahun atau lebih karena harapan hidup yang lebih tinggi.
Menteri Tenaga Kerja Prancis Olivier Dussopt juga mendukung Macron. Ia mengatakan dalam sebuah wawancara awal Maret, bahwa 1,8 juta pensiunan berpenghasilan rendah akan melihat kenaikan pensiun mereka.
Bahkan hingga 100 euro (US$106) sebulan, dari bulan September, jika reformasi diberlakukan. "Itu tidak akan membuat mereka kaya, tapi itu adalah upaya substansial yang belum pernah dilakukan meski sudah diumumkan selama 20 tahun terakhir," katanya.
Tapi oposisi Macron, melihat perubahan itu tidak adil. Aturan bisa menghukum pekerja berketerampilan rendah yang memulai karir mereka lebih awal serta mengurangi hak untuk bersantai dan pensiun panjang di akhir masa kerja.
Serikat pekerja Prancis juga sejalan dengan oposisi. Mereka menyerukan mobilisasi massa, pertama kalinya mereka bersatu sejak 12 tahun lalu.
Pemogokan telah menghentikan sebagian besar transportasi umum ibu kota, sebagian besar kereta api serta sekolah di seluruh negeri. Ancaman "kiamat" listrik dan bahan bakar juga terjadi.
Output listrik pun sudah dipotong karena serikat pekerja meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk mencabut undang-undang tersebut. Protes juga menargetkan depot minyak dan memblokir terminal gas alam cair di kota utara Dunkirk, yang menyebabkan kekurangan bensin besar di tenggara dan barat Prancis.
Bukan Hal Baru
UU baru ini bukan pertama kalinya digulirkan Macron. Ini menjadi upaya terakhir Macron setelah reformasi pensiun pada 2019, yang dibatalkan setahun kemudian ketika Covid-19 melanda Eropa.
Sebelumnya, itu juga memicu pemogokan terlama di jaringan transportasi Paris dalam tiga dekade. Namun Macron berjanji untuk terus maju dengan rencana untuk mendorong kembali usia pensiun selama kampanye pemilihannya tahun lalu.
Jajak pendapat Ifpo untuk surat kabar Minggu Le Journal de Dimanche menemukan bahwa hanya 32% orang Prancis yang mendukung perubahan pensiun Macron. Namun 20 Maret lalu, Macron selamat dari mosi tidak percaya parlemen meski tetap menghadapi tekanan kust atas kebijakan pensiunnya yang kontroversial.
(sef/sef) Next Article Pensiunan 'Dipaksa'Kerja, Prancis Nyaris Chaos & Lumpuh