
Pimpin DK PBB, Rusia: Perintah ICC Tangkap Putin Bodoh!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rusia memberikan pernyataan keras kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang telah menjatuhkan surat penangkapan terhadap Presiden Vladimir Putin. Hal ini dilontarkan Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia setelah negaranya menjadi pemimpin Dewan Keamanan (DK) PBB.
Menurut Nebenzia, penangkapan Putin merupakan sesuatu yang tidak sah. Diketahui, Rusia telah mundur dari Perjanjian Roma 2016 lalu yang sekaligus memutus keanggotaannya dalam pengadilan itu.
"Surat perintah itu merupakan sesuatu yang bodoh dan tidak sah," ungkapnya dikutip dari AFP, Selasa (4/4/2023).
Sebelumnya, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Putin. Menurut ICC, Putin perlu ditangkap karena tuduhan kejahatan perang atas deportasi ilegal anak-anak Ukraina selama serangan Moskow ke negara itu.
Selain itu, Nebenzia juga melawan rentetan kritik atas kepresidenannya di DK PBB selama bulan April ini. Ia mengatakan Moskow tak posisinya untuk mempertahankan serangannya ke Ukraina.
"Kami tidak menyalahgunakan hak prerogatif presiden. Satu hal adalah posisi nasional. Hal kedua adalah peran kepresidenan Dewan Keamanan."
Situasi tersebut memicu kecaman keras dari Ukraina dan negara-negara Barat yang membelanya. Kyiv menyebut kepresidenan Rusia ini sebagai tamparan di muka komunitas internasional.
"Seperti yang Anda ketahui, Rusia menduduki kursinya sebagai presiden Dewan Keamanan. Dimulai pada 1 April. Ini seperti lelucon April Mop," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS.
"Tapi sebenarnya ini kursi bergilir. Kami berharap mereka bersikap profesional. Tetapi kami juga memprediksi bahwa Rusia akan menggunakan kursi mereka untuk menyebarkan disinformasi dan mempromosikan agenda mereka sendiri yang berkaitan dengan Ukraina, dan kami akan siap untuk memanggil mereka setiap saat ketika mencoba melakukan itu," tambah duta besar itu.
Perang besar-besaran Rusia-Ukraina masih terus berlangsung meski telah memasuki hampir satu tahun. Pada 24 Februari 2022 lalu, Putin memerintahkan pasukannya untuk masuk dan merebut beberapa wilayah di Timur Ukraina.
Dalam pidatonya setahun lalu itu, Putin menyatakan serangan itu sebagai 'operasi militer'. Ia berdalih adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang dibeking Kyiv serta memaksa Ukraina untuk tidak bergabung ke aliansi militer Barat pimpinan AS, NATO.
(luc/luc) Next Article Putin Balas Dendam, Presiden ICC Jadi Buronan Rusia
