
Bos Ritel Buka Suara, Benarkah Orang RI Sudah Gemar Jajan?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (Apregindo) Handaka Sentosa menyebut kondisi daya beli masyarakat saat ini sudah pulih seperti tahun 2019 lalu, atau sebelum pandemi covid-19 melanda. Dia mengatakan, sangat terlihat setelah memasuki tahun 2023 masyarakat sudah kembali berbelanja secara normal.
"Sebetulnya bukan tetap terjaga, tapi sudah pulih seperti tahun 2019. Yang kita lihat memang di akhir 2022 terjadi tren pemulihan, dan di tahun 2023 ini memang terlihat sekali bahwa masyarakat sudah berbelanja secara normal. Selain ketemu di mal juga kalau kita lihat tren bisnis kan sudah ada pemulihan, kita lihat semuanya sudah kembali normal ke tahun 2019 sebelum pandemi, malahan kalau kita lihat beberapa sudah ada yang melebihi," ujar Handaka dalam Profit ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (14/4/2023).
Dia menjelaskan, dimulai sejak bulan Maret 2020 merupakan keadaan yang memang sangat menakutkan untuk bisnis ritel, dan itu terus berlangsung selama 2,5 tahun. Namun, memasuki tahun 2023, peritel kembali optimis dengan adanya pemulihan di mana masyarakat sudah kembali berbelanja secara offline.
"Kalau dulu orang cenderung online karena takut untuk bertemu (pandemi Covid-19), setelah tertahan 2,5 tahun mereka sekarang lebih senang untuk datang (mengunjungi pusat perbelanjaan)," terangnya.
Masyarakat pergi ke pusat perbelanjaan sekarang ini, menurut dia, bukan lagi hanya untuk berbelanja, melainkan sebagai meeting point atau tempat bertemu, serta menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
"Saya cukup optimis, karena weekend yang lalu itu sudah tercatat capture penjualan yang naik tinggi," ujarnya.
"Memang minggu pertama April masih terlihat sangat dingin, sangat slow, tapi masuk minggu kedua ini sudah cukup bagus. Dan biasanya pada waktu weekend biasanya kita double. Malahan sabtu-minggu kemarin kita hampir 4 kali lipat dari penjualan harian," lanjut dia.
![]() Calon Pembeli memilih baju di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (29/3/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo) |
Adapun peningkatan daya beli masyarakat, menurutnya, juga dipengaruhi dengan cairnya tunjangan hari raya (THR) di kalangan pekerja.
"Hampir 4 kali lipat peningkatannya, ini semuanya saya yakin juga karena sudah mulai dibayarkannya THR tadi," kata Handaka.
Selain itu, pihak pusat perbelanjaan menjamin akan terus menjaga stok ketersediaan aman, sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.
"Memang kita terus menjaga supaya stok di situ tinggi. Jangan sampai kita kecolongan, karena terlihatnya di bulan April ini slow kita tidak menjaga stok. Jadi untuk Sogo sendiri saat ini kita juga sudah menyediakan stok di backend, begitu produknya habis produk baru akan dikeluarkan," tuturnya.
Handaka mengatakan, sebagai peritel pihaknya selalu memasang strategi dan optimistis. Jika peritel pesimistis maka bisnis ritel akan mengalami drop. Jangan sampai ritel tidak siap akan ketersediaan stok, demi menjaga kenyamanan berbelanja masyarakat.
"Kalau kita lihat, sebetulnya ada beberapa tren yang perlu diperhatikan. Ada customer yang hanya menginginkan barang sale, tetapi kemudian yang kedua ada customer yang menginginkan 'saya lebaran harus pakai baru', nah ini kan kita harus sediakan keduanya," tutur Handaka.
"Malahan yang sangat kami perhatikan adalah market high end, dia maunya 'saya yang harus pertama pakai ini', itu yang kita sediakan, ini lah yang akan meraup keuntungan yang lebih tinggi lagi," pungkasnya.
(wur) Next Article Daya Beli Masyarakat Melemah, Negara Ikut Rugi!