
Geger Amerika Terancam "Bangkrut" 1 Juni, Biden Ketar-Ketir

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Amerika Serikat (AS) bakal gagal membayar utang (default). "Kemalangan" tersebut diyakini akan terjadi 1 Juni 2023 ini.
Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional, tetapi dengan syarat pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.
Tanggal pasti gagal bayar tersebut ditegaskan Menteri Keuangan Janet Yellen dalam suratnya ke Kongres AS. Menurutnya tidak mungkin memenuhi semua kewajiban pembayaran pemerintah AS 1 Juni tanpa tindakan dari Kongres.
"Perkiraan terbaik kami adalah bahwa kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," katanya dikutip AFP, Selasa (2/5/2023).
Bila benar AS gagal membayar utang, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Ini bukan hanya membuat makin buntu hubungan Republik dan Demokrat, tapi juga mengguncang ekonomi global.
Fakta ini pun membuat Presiden AS Joe Biden bergerak. Ia memanggil empat pemimpin kongres ke Gedung Putih 9 Mei mendatang.
Mengutip Reuters, Biden menelepon Ketua DPR saat ini dari Partai Republik Kevin McCarthy, meski masih berada di Yerusalem, Israel. Biden juga menyampaikan undangan kepada pemimpin DPR asal Partai Demokrat Hakeem Jeffries, Pemimpin Senat dari Demokrat Chuck Schumer, dan pemimpin Republik Mitch McConnell.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Biden, akan "menekankan bahwa Kongres harus mengambil tindakan untuk menghindari gagal bayar. "Tanpa syarat pada 9 Mei," muat Reuters mengutip sumber tersebut dikutip Selasa (2/5/2023).
Utang AS diketahui mencapai US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460.000 triliun (kurs Rp 14.900/US$). Bengkaknya utang dipicu oleh pandemi Corona (Covid-19), di mana pemerintah harus menggelontorkan stimulus US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian.
Namun AS memang tidak pernah lagi mengalami posisi surplus dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sejak 1957. Sejak saat itu, AS terus mengalami defisit APBN, di mana untuk membiayai belanja perlu menambah utang melalui penerbitan Treasury misalnya.
Pembayaran bunga utang yang ada sebelumnya juga dilakukan dengan menerbitkan surat utang lagi. Ini yang terus menerus dilakukan Paman Sam.
Sebelumnya, pada tahun 2011, pertarungan pagu utang di negara itu juga membawa AS ke jurang gagal bayar dan mendorong penurunan peringkat kredit terkemuka negara itu. "Kali ini, negosiasi mungkin lebih sulit," kata para veteran tahun 2011.
Analis anggaran AS, Shai Akabas mengatakan tenggat waktu yang singkat dari Yellen sebenarnya menggarisbawahi urgensi untuk menemukan solusi atas kebuntuan yang terjadi. Jadi ini pun sebenarnya "memupus harapan" bahwa Kongres dapat bernegosiasi hingga akhir bulan musim panas.
"Potensi default dalam beberapa minggu bukanlah posisi yang sesuai bagi suatu negara yang dianggap sebagai landasan sistem keuangan," tegasnya.
"Dan, ini hanya menambah ketidakpastian pada ekonomi yang sudah goyah," tambahnya.
(sef/sef) Next Article Gawat! AS Lagi Gusar Hebat Gegara Utang Mentok, Kok Bisa?
