²©²ÊÍøÕ¾

Luhut Sebut Singapura Brengsek, Ini Klarifikasi Anak Buahnya

Wilda Asmarini, ²©²ÊÍøÕ¾
12 May 2023 11:27
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. (²©²ÊÍøÕ¾/Verda Nano Setiawan)
Foto: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. (²©²ÊÍøÕ¾/Verda Nano Setiawan)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tampak geram terhadap negara tetangga, Singapura. Bahkan, tanpa segan menyebut Singapura brengsek.

Ucapannya itu terlontar saat menceritakan permintaan Singapura untuk mengimpor listrik energi bersih dari Indonesia, tapi tidak membangun proyeknya di Indonesia.

Sementara Luhut ingin proyek industri energi bersih terintegrasi dari hulu ke hilir terlebih dahulu dibangun di RI. Luhut sempat mengungkapkan Pemerintah Indonesia ingin industri energi bersih seperti seperti pabrik panel surya hingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dibangun di Indonesia.

Terkait ucapan Luhut yang membuat heboh publik ini, Juru Bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi pun buka suara. Jodi mengatakan, pernyataan Menko Luhut mengenai Singapura harus dilihat dalam konteks yang tepat.

Dia mengakui, perjanjian antara Singapura dan Indonesia mengenai energi terbarukan tidak selalu berjalan mulus.

"Kami ingin menegaskan bahwa pernyataan Menko Luhut mengenai Singapura harus dilihat dalam konteks yang tepat. Seperti yang telah diketahui, perjanjian antara Singapura dan Indonesia mengenai energi terbarukan tidak selalu berjalan mulus, dan kami menghargai pandangan yang berbeda dari kedua belah pihak," tuturnya, Jumat (12/05/2023).

Dia menegaskan, Menko Luhut sangat mendukung kemajuan perjanjian perdagangan energi terbarukan antara Indonesia dan Singapura.

"Namun, kami ingin menegaskan bahwa Menteri Luhut sangat mendukung kemajuan perjanjian perdagangan energi terbarukan antara Indonesia dan Singapura. Kami telah melihat banyak kemajuan dalam hal ini, dan Menteri Luhut sangat senang dengan perkembangan tersebut," jelasnya.

"Kami mengakui bahwa Menteri Luhut memiliki gaya komunikasi yang outspoken, dan seringkali mengungkapkan sesuatu dengan ekspresi yang berbeda. Namun, kami ingin menegaskan bahwa beliau sangat komitmen terhadap kesepakatan energi terbarukan antara Indonesia dan Singapura, serta hubungan bilateral antara kedua negara."

"Kami menghargai hubungan yang baik antara Indonesia dan Singapura, dan berkomitmen untuk memastikan bahwa hubungan ini terus berkembang. Kami berharap bahwa perjanjian perdagangan energi terbarukan antara Indonesia dan Singapura akan terus memperkuat hubungan antara kedua negara," jelasnya.

Berikut kronologi lengkap pernyataan Luhut terkait permintaan listrik dari Singapura dalam acara 'Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas' di Jakarta, Selasa (09/05/2023).

"Indonesia sedang mengembangkan rantai EV, ini sekarang sudah berjalan EV. Jadi ekosistem yang kita bangun saya sempat dengar sebagian dari Pak Rida, harus beroperasi, itu yang dilakukan sangat bagus, saya kira sudah keluar Rp 14 triliun. Itu dengan rate rupiah yang terkoreksi dia Rp 36 triliun, kemarin saya tanya".

"Kemudian juga turut mengembangkan rantai panel surya. Bapak ibu sekalian, ini Singapura minta supaya kita ekspor listrik clean energy ke sana. Kita nggak mau, saya bilang nggak mau. Mau, kalo proyeknya di kita. Ini kan brengsek Singapura ini, dipikir kita bodoh aja, dia tender perusahaan-perusahaan kita, emang gue pikirin".

"Jadi sekarang poli silikon kita buat di Indonesia, nah poli silikon industri ini, nggak bisa bersaing ke China karena China very competitive, hanya bisa bersaing kalau Amerika ikut jadi offtaker-nya dan revenuenya. Jadi saya bilang di Amerika kalian nggak setuju sama China, ya kalian itu mau nggak, kemarin di Washington, yasudah saya bisa buat, bisa, karena punya silikanya, kami punya silika bahan materialnya, kami ingin sekarang. Investornya ada, dari Taiwan we willing to, willing,"

Sejatinya, pembahasan mengenai ekspor listrik ke Singapura bukan barang baru. Luhut beberapa waktu lalu juga pernah yang mengungkapkan perusahaan RI bisa mengekspor listrik ke Singapura, asalkan industri panel surya di dalam negeri dibangun terlebih dahulu.

"Mengenai mereka (Singapura) pingin ada ekspor solar panel dari Indonesia listriknya, dan Singapura. Tapi kita nggak mau begitu, maunya harus end to end. Kita harus bangun solar panel di sini, industrinya, kemudian baterainya, dan seterusnya. Baru kita ekspor ke Singapura, jadi win-win," ungkapnya, dikutip Kamis (16/03/2023).

Sebagai tindak lanjut dari perintah Menko Luhut tersebut, sederet perusahaan energi RI sepakat menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dan rantai pasok panel surya atau Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini juga melibatkan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (Original Equipment Manufacturer/ OEM).

Adapun perusahaan energi Indonesia yang meneken MoU tersebut antara lain PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru).

Ketiga perusahaan energi RI ini juga menandatangani MoU dengan pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM) dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co Ltd, Znshine PV-Tech Co Ltd, Sungrow Power Supply Co Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co Ltd.


(wia) Next Article Tanpa Basa-Basi, Luhut Sebut Singapura Brengsek, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular