
Awas Kebakaran, RI Siap-siap Panas 'Mendidih', IKN Terancam

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia diprediksi bakal mengalami strong El Nino atau El Nino kuat. Di mana, hasil pantauan terakhir, puncak El Nino di Indonesia tahun ini diperkirakan terjadi pada bulan November nanti.
Peneliti pun meminta pemerintah melakukan antisipasi sejak dini, termasuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Di mana, wilayah Kalimantan, termasuk IKN di Kalimantan Timur diprediksi bakal terancam kekeringan lebih parah dibandingkan Sumatra.
Fenomena El Nino ini akan memicu kondisi lebih kering atau panas lebih ekstrem di saat musim kemarau, dibandingkan musim kemarau biasanya.
Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengatakan, sinyal anomali suhu mulai terjadi sejak pengamatan 17 Mei 2023. Terjadi anomali suhu di 0,55 derajat Celcius.
Meski, jelasnya, untuk menyatakan status El Nino baru bisa dilakukan pada bulan Agustus nanti, jika anomali suhu tersebut berlangsung konsisten selama 3 bulan ke depan.
"Kondisi El Nino ini berpotensi akan terus berlanjut dan tahun ini puncaknya diprediksi terjadi pada bulan November. Prediksi hampir 90% potensinya semakin besar dan terus terbentuk, El Nino diproyeksikan akan terus berlanjut sampai tahun 2025," kata Erma kepada ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Rabu (31/5/2023).
"Untuk saat ini, indikasinya El Nino lemah akan terjadi di bulan Juni. Lalu akan menguat jadi moderat di bulan Agustus nanti. Intensitas El Nino akan terus menguat sampai tahun 2025," tambah Erma.
Dia menjelaskan, dari berbagai skenario dan pemodelan yang dilakukan saat pengamatan anomali suhu, penguatan El Nino akan terus terjadi dan masuk fase strong El Nino mulai tahun 2024 nanti dan berlanjut ke tahun 2025.
"Masuk tahun 2024, El Nino akan extend (berlanjut) secara intensitas. Fase moderat jika terpelihara terus akan semakin menguat. Saat masuk ke fase kuat atau strong EL Nino, anomali suhu akan di atas 1,5 derajat Celcius atau 2 derajat Celcius," paparnya.
Akibat efek El Nino, ujarnya, sektor pertanian akan jadi sektor paling rentan. Begitu juga dengan perkebunan karena terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Bicara karhutla, ini agak kompleks karena menyangkut lahan gambut yang memelihara asap (api) dalam jangka waktu lama dan sulit dipadamkan," katanya.
"Untuk konteks wilayah, kekeringan di Sumatra berpotensi tidak akan separah Kalimantan. Karena Sumatra dekat dengan Samudera Hindia yang kita harapkan masih bisa menghasilkan hujan," jelas Erma.
Sedangkan Kalimantan, kata dia, tidak memiliki faktor penopang yang bisa membantu mengurangi tingkat keekstreman kekeringan di pulau tersebut.
"Karena itu, bicara karhutla, terutama di Kalimantan Timur, IKN (Ibu Kota Nusantara), perlu dilakukan segera antisipasi karhutla," katanya.
"Perlu dipertimbangkan karena efek El Nino di Kalimantan diperkirakan akan lebih parah. Sehingga menuntut perhatian khusus untuk Kalimantan. Karena begitu asap atau api terbentuk akan sulit dihilangkan (dipadamkan)," kata Erma.
Sebagai catatan, Indonesia pernah mengalami karhutla parah pada tahun 2015 lalu akibat fenomena El Nino.
Mengutip situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), data satelit Modis, tercatat ada 129.813 hotspot sepanjang tahun 2015. Jarak pandang saat itu hanya 100 meter.
Indeks standar pencemaran udara (ISPU) mencapai lebih dari 2.000 psi atau sudah sangat berbahaya. Hutan dan lahan seluas 2,61 juta hektar terbakar dengan kerugian ekonomi mencapai Rp 221 triliun. Aktivitas pendidikan dan penerbangan lumpuh selama 2-3 bulan.
(dce/dce) Next Article Awas! Kapolri Peringatkan Bencana Ini Bakal Meningkat di RI