
Ramai-ramai Pabrik Sepatu RI PHK Massal, Ini Penyebabnya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Satu per satu pabrik sepatu di RI melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Diantaranya pabrik-pabrik yang memproduksi sepatu bermerek global, seperti Adidas, Nike, dan Puma.
Adalah pemanufaktur sepatu merek Adidas, Panarub Industry memangkas sekitar 1.400 pekerja. Terbaru,pabrik sepatu yang memproduksi untuk merek Puma, yaitu PT Horn Ming, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 600 karyawannya.Â
Tak hanya PHK, ada juga pabrik sepatu yang dilaporkan tutup. Seperti PT Dean Shoes yang menutup fasilitas produksinya di Karawang pada akhir bulan lalu dan mengakibatkan ribuan pekerja jadi korban PHK.
Industri alas kaki atau sepatu di dalam negeri memang sedang terpukul akibat perlambatan ekonomi global. Terutama, negara-negara yang selama ini jadi pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Akibatnya, order produksi sepatu atau alas kaki ke pabrik di Tanah Air anjlok signifikan.
Bahkan, menurut menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri, akibat penurunan order itu, utilisasi pabrik terutama orientasi ekspor, kini rata-rata hanya 50%. Ada yang hanya 30-40%. Padahal, dalam kondisi normal bisa 100%.
"Kondisi sekarang masih berat. Pabrik memang masih kerja (produksi jalan) tapi order masih sangat kecil secara volume," kata kata Firman kepada ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Sabtu (10/6/2023).
Dia menjelaskan, sinyal penurunan order sudah mulai terjadi sejak pertengahan tahun 2022.
"Data di November 2022 itu ada PHK sampai 25.700 pekerja. Lalu di Januari 2023 ada PHK total 3.000 karyawan. Sekarang, kita dihadapkan pada kondisi PHK atau tidak. Opsinya bukan merumahkan," kata Firman.
Hanya saja, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan sebaliknya. Utilisasi industri disebut mulai membaik, terbukti dari data Kemenperin yang menunjukkan adanya utilitasi pabrik sebesar 89%, menurut Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan saat pemaparan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) akhir bulan lalu.
Di sisi lain, Adie mengakui, ada gangguan di luar negeri yang membebani industri alas kaki nasional. Karena itu, imbuh dia, meski industri sepatu merek lokal orientasi pasar domestik diklaim tidak terganggu karena adanya permintaan jelang tahun ajaran baru sekolah, tidak bisa banyak membantu.
"Khusus tekstil dan alas kaki yang terganggu karena 65% untuk pasar ekspor, jadi ketika kondisi geopolitik ekonomi luar terganggu maka laju inflasi yg kita harap membaik di Ini Eropa ternyata 8,1%, Amerika Serikat 5% ini sangat mengganggu kami," sebut Adie.
Sementara itu, Direktur Utama PT Panarub Industry Budiarto Tjandra mengakui keputusan PHK diambil untuk mengurangi beban perusahaan karena pesanan yang berkurang.
"Memang itu terjadi PHK karena order berkurang, jadi mau nggak mau mengurangi karena beban perusahaan, kalau ngga, kita gak bisa survive. Dengan berkurang (pegawai PHK) yang lain masih bisa bekerja nih," katanya.
Di sisi lain, efek Rusia-Ukraina disebut menyebabkan tekanan kepada perusahaan pabrik sepatu. Menurut Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang, Horn Ming mengirim sepatu Puma ke kedua negara tersebut sampai setelah perang, permintaan berhenti total.
Penurunan permintaan dari kedua negara itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Kondisi makin parah karena negara-negara Eropa lainnya pun menurunkan permintaan.
"Daripada korbankan keseluruhan perusahaan lebih baik dia efisiensi. Efisiensi karena kondisi ngga memungkinkan dan kelebihan pekerja karena dulunya (merekrut banyak), kalau demand banyak mereka juga butuh. Tapi sekarang demand menurun sampai 50%," kata Kabid Hubungan Industrial dan Pengendalian Ketenagakerjaan Disnaker Kabupaten Tangerang Desyanti kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (9/6/2023).
(dce) Next Article PHK Massal Serius, Pabrik Banten Minta 1.600 Karyawan Mundur!
