
Ukraina Mau Pakai Senjata 'Terlarang', Rusia Warning PD 3!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev buka suara soal persetujuan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan izin bagi Ukraina untuk menerima bom cluster. Hal ini terjadi saat pertempuran antara Ukraina dan Rusia belum berhenti.
Menurut Presiden Rusia 2008-2012 itu, ia tidak habis pikir alasan Presiden AS Joe Biden memberikan izin ini. Pasalnya, bom jenis ini berpotensi melukai dan membunuh warga sipil tanpa pandang bulu.
"Kenapa dia melakukan ini? Jawabannya terletak pada kewenangan setiap pemimpin Amerika untuk mendominasi dan membatasi negara lain, terutama yang keras kepala seperti negara kita," pungkas figur yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia itu dikutip Newsweek, Selasa (11/7/2023).
"Anda juga bisa mengatakan bahwa ia (Biden) adalah orang tua yang sakit dengan demensia parah. Atau, mungkin, sebagai kakek yang sekarat, ia telah memutuskan untuk pergi dengan anggun dan begitu juga memprovokasi Armageddon nuklir dan membawa separuh umat manusia bersamanya ke dunia berikutnya."
Medvedev menggambarkan serangan besar-besaran Kremlin ke Ukraina sebagai perang proksi antara Moskow dan NATO. Ia juga telah berulang kali mengatakan perang itu berpotensi akan meluas menjadi konfrontasi nuklir.
Ia juga meninjau kembali pertemuan Biden dengan Putin di Jenewa 2021 lalu dalam postingan terbarunya pada hari Sabtu. Dalam postingan itu, ia mengejek "Biden pikun yang mengantuk" karena Biden sempat tidak menyetujui tuntutan Rusia agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO.
"Biden telah melarikan diri dengan malu dari Afghanistan dan untuk menyembunyikan rasa malu, ia menghancurkan ekonomi Eropa," paparnya.
"Sekarang setelah menghabiskan semua sumber dayanya, ia menjanjikan munisi tandan, serta prospek keanggotaan NATO untuk Kyiv, yang jika itu terjadi, berarti Perang Dunia Ketiga."
Sementara itu, isu keanggotaan NATO Ukraina dan dukungan aliansi untuk Kyiv akan menjadi agenda pada pertemuan puncak blok pertahanan itu di Lithuania mulai Selasa. NATO sendiri tetap berkomitmen sejauh ini untuk memberikan bantuan pertahanan pada Ukraina.
Namun, pada Minggu, Biden menyebut pihaknya akan berhati-hati dalam memasukan Ukraina dalam aliansi pertahanan NATO. Ia menjelaskan bahwa memasukan Kyiv ke dalam NATO akan membawa aliansi itu dalam konflik langsung dengan Rusia.
"Saya kira tidak ada kebulatan suara di NATO tentang apakah akan membawa Ukraina ke dalam keluarga NATO atau tidak sekarang, pada saat ini, di tengah perang," kata Biden dalam wawancara dengan CNN International.
(luc/luc) Next Article Eks Presiden Rusia Ungkap Cara Akhiri Perang dengan Cepat
