
China Cuan Gede dari Proyek Kebanggaan Jokowi, Cek Faktanya!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Proyek yang menjadi kebanggaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) alias pengembangan hilirisasi nikel menunjukkan hasil yang spektakuler.
Sepanjang 2022, nilai ekspor nikel tembus hingga US$ 33 miliar atau mencapai Rp 514,3 triliun. Realisasi itu naik signifikan dari yang tahun 2021 mencapai US$ 20,9 miliar, bahkan dari tahun 2018-2019 yang hanya US$ 3,3 miliar.
Namun tidak sedikit, pihak yang mengkritisi kebijakan hilirisasi yang digaungkan Jokowi tersebut. Sebab, kebijakan itu dianggap tak banyak menguntungkan Indonesia. Proyek hilirisasi nikel ini dikatakan banyak menguntungkan China, seiring dengan aliran investasi Negeri Panda ini ke Indonesia.
Makin banyak asing yang terlibat, makin banyak pula profit dan dividen yang terbang ke luar negeri. Lantas Indonesia dapat apa?
Ekonom Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan mengungkapkan pihak telah menghitung berapa besaran keuntungan yang diterima Indonesia dari 'hilirisasi nikel' terutama pada nickel pig iron. Komoditas ini adalah barang setengah jadi turunan dari nikel yang paling banyak dicari.
Saat ini, pengolahan nickel pig iron didominasi oleh perusahaan China. Menurut Heriyanto, perusahaan yang masuk ke pengolahan nickel pig iron adalah perusahaan publik sehingga mudah melihat biaya produksi dan laba dari pengolahan nikel.
"Misalnya investor China atau partner lokal, menjual US$ 100 nickel pig iron, kemana larinya profitnya?" ujar Heriyanto.
Pertama, investor harus membeli bahan mentah, yaitu nikel. Dengan besaran US$ 30 dari penambang atau partner lokalnya di Indonesia. Kemudian, mereka harus membayar listrik sebesar US$ 12 dari total harga jual ekspor nickel pig iron.
Investor pun membutuhkan coking cool atau batu bara kokas. Harganya sekitar US$ 24. Kemudian, ada komponen harga tenaga kerja sebesar US$ 2 dan biaya lain-lain untuk ekspor sebesar US$ 8. Selain itu, ada biaya yang harus disetorkan kepada pemerintah daerah terkait pajak, perizinan dan lain sebagainya sebesar US$ 12.
Dari total tersebut, investor hanya mengambil keuntungan US$ 12 dari harga US$ 100 nickel pig iron yang diekspor. Ini artinya, kata Heriyanto, lokal mengantongi 80-90% dari harga jual atau ekspor dari nickel pig iron tersebut.
"Jadi siapa pun yang mengira pembagiannya 50:50, ini buktinya. Lokal mengantongi 80-90%," ujar Heriyanto.
(haa/haa) Next Article Kondisi Ekspor Nikel RI: 'Longsor' di Bulan Juni, Ada Apa?