²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Tetangga RI "Diacak-Acak" China, Seret Kapal Perang Dunia 2

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
09 August 2023 07:00
Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal penjaga pantai China menggunakan kanon air di atas kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Second Thomas Shoal yang diduduki Filipina, Laut China Selatan saat mereka memblokir jalurnya selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu 5 Agustus 2023. Militer Filipina mengutuk pada hari Minggu penggunaan meriam air yang
Foto: Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal penjaga pantai China menggunakan kanon air di atas kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Second Thomas Shoal yang diduduki Filipina, Laut China Selatan saat mereka memblokir jalurnya selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu 5 Agustus 2023. (Tangkapan Layar Video AP/PHILIPPINE COAST GUARD HANDOUT)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Klaim China terhadap Laut China Selatan (LCS) makin panas. Ini terutama terjadi ke negara tetangga RI, Filipina.

Setelah pekan ini kapal penjaga pantai China menembak meriam air ke kapal-kapal Filipina di perairan kaya tersebut, kali ini keributan datang dan terkait kapal Perang Dunia 2 (PD2). Beijing meminta Manila menarik kapal-kapal itu, yang saat ini digunakan sebagai pos terdepan militer di LCS.

Kapal-kapal tersebut berada di Second Thomas Shoal, yang terletak di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina. Manila sengaja mengandangkan kapal tersebut pada tahun 1999 untuk memperkuat posisinya di wilayah tersebut dengan segelintir pasukan tinggal di kapal bekas kapal perang Sierra Madre.

Bagi Filipina wilayah itu dikenal sebagai Ayungin. Namun bagi China, klaimnya menyebut wilayah itu Renai Reef.

Perlu diketahui Second Thomas Shoal berjarak sekitar 200 kilometer (km) dari pulau Palawan di Filipina. Wilayah ini 1.000 km dari pulau Hainan, daratan besar terdekat di China.

Kementerian Pertahanan China meminta Filipina menghentikan semua tindakan yang disebutnya "memprovokasi kedaulatan". Bahkan pemerintah Xi Jinping berjanji untuk terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan hak-hak maritim China.

Kedutaan Besar China di Manila juga mengkritik Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Filipina. Perwakilan resmi itu menyebut AS selalu mengumpulkan sekutu untuk membesar-besarkan masalah di LCS.

"LCS bukan 'taman safari' bagi negara-negara di luar kawasan untuk membuat kerusakan dan menabur perselisihan," kata kedutaan, dikutip Reuters, Rabu (9/8/2023).

Sementara itu, Asisten Direktur Jenderal Dewan Keamanan Nasional Filipina, Jonathan Malaya meminta konsultasi dengan China untuk tidak meningkatkan masalah dan membahayakan nyawa. Sementara itu, Jepang dan Prancis, melalui kedutaan mereka di Manila, telah menyatakan keprihatinan atas tindakan baru China dan mengulangi dukungan mereka untuk putusan arbitrase 2016 yang membatalkan klaim ekspansi Beijing di LCS.

Sebelumnya, Filipina mengutuk penjaga pantai China setelah insiden penembakan meriam air ke kapal-kapalnya di LCS akhir pekan. Pemerintahan Ferdinand Marcos Jr (Bongbong Marcos) menyebutnya ilegal dan sangat berbahaya.

"Penjaga pantai China dan rutinitas angkatan laut memblokir atau membayangi kapal-kapal Filipina yang berpatroli," kata pemerintah Filipina, dimuat AFP.

"Tindakan penjaga pantai China seperti itu tidak hanya mengabaikan keselamatan awak penjaga pantai Filipina dan kapal pemasok, tetapi juga melanggar hukum internasional," tambahnya.

Akibat kejadian ini, Filipina tidak dapat menurunkan muatannya untuk rotasi pasukan rutin dan operasi pasokan.

"Kami meminta penjaga pantai China dan komisi militer pusat untuk bertindak dengan hati-hati dan bertanggung jawab dalam tindakan mereka untuk mencegah kesalahan perhitungan dan kecelakaan yang akan membahayakan nyawa orang," kata juru bicara militer Filipina, Kolonel Medel Aguilar dalam sebuah pernyataan.

China sendiri mengatakan pihaknya hanya mengambil kontrol yang diperlukan terhadap kapel-kapal Filipina. China pun menuding kapal-kapal tersebut masuk secara ilegal ke perairannya.

Klaim China di LCS sebenarnya tak hanya "mengacak-acak" Filipina. Sejumlah negara juga bersitegang di antaranya Vietnam, Brunei Darussalam bahkan Malaysia dan RI di Laut Natuna Utara.

Menurut CFR, di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam. Sumber lain dari American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik dan menyumbang 60%-70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.

Data lain menyebut cadangan minyak LCS mencapai 7,7 miliar barel. Sementara estimasi lainnya di 2012, memperkirakan jumlahnya mencapai 213 miliar barel atau hampir 80% dari cadangan minyak Arab Saudi.


(sef/sef) Next Article Panas! China & Filipina Nyaris Bentrok di LCS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular