
Bukan El Nino, Ternyata Ini yang Bikin Beras RI Kena 'Petaka'

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasokan beras terpantau seret, setidaknya demikian yang terlihat dari stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Di mana, situs resmi pibc.foodstation.co.id, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) per hari Selasa (8/8/2023) tercatat sebanyak 24.360 ton. Menyusut 3,3% dibandingkan posisi stok sebulan lalu.
Kondisi serupa juga terlihat dari pengadaan dalam negeri cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Perum Bulog. Di mana per 4 Agustus 2023 tercatat sebanyak 78.712 ton di semeter 2 tahun 2023, jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun 2022 yang mencapai 443.842 ton. Khusus bulan Agustus 2023, pengadaan dalam negeri hanya 8.837 ton, jauh dibandingkan Agustus 2022 yang mencapai 33.018 ton.
Demikian mengutip paparan Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Epi Sulandari dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah yang ditayangkan Youtube Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (7/8/2023).
Di saat bersamaan, Indonesia saat ini mengalami fenomena iklim El Nino, yang bisa memicu cuaca panas dan kekeringan ekstrem di musim kemarau. Di mana, menurut BMKG, 63% wilayah RI saat ini sudah memasuki musim kemarau. Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan, setidaknya 27.000 ha lahan pertanian mengalami kekeringan, salah satunya musim kemarau.Â
Hanya saja, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, seretnya pasokan beras saat ini bukan efek EL Nino atau pun kemarau yang lebih kering. Melainkan karena pupuk yang tidak memadai dan penggunaan bibit padi yang tidak bagus.
"Dua hal penting yaitu pupuk dan benih. Bukan karena El Nino untuk sekarang ini. Kita tahu ada persoalan di lapangan, yaitu ketersediaan pupuk yang tidak memadai, dan adanya varietas padi yang tidak bagus, berakibat turunnya produktivitas dan rendemen, sehingga pasokan ke penggilingan tidak seperti biasanya," ungkap Sutarto kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (10/8/2023).
Sutarto menjelaskan, El Nino dampaknya baru akan terasa pada pertanaman musim ketiga tahun ini dan musim tanam pertama Oktober-Maret atau pada panen musim tanam pertama tahun 2024.
"Kalau El Nino baru mulai bulan ini. Jadi dampaknya pada akhir tahun (2023) ini dan awal tahun depan (2024)," jelasnya.
Dia mengungkapkan, stok gabah ke penggilingan saat ini merupakan hasil dari produksi musim tanam pertama dan kedua yang kondisi iklimnya La Nina dan normal, sehingga pada bulan-bulan ini pasokan gabah normal kalau produksinya normal.
"Stok gabah yang ke penggilingan adalah produksi musim tanam satu dan musim tanam dua yang kondisi iklimnya La Nina dan normal. Seyogyanya bulan-bulan ini pasokan gabah normal kalau produksinya normal," ujarnya.
Sementara itu, Sutarto menjelaskan, turunnya produktivitas dan rendemen disebabkan oleh persoalan ketersediaan pupuk yang tidak memadai dan varietas padi yang tidak bagus.
Lebih lanjut, Sutarto mengungkapkan, Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling juga telah mengalami kenaikan, hingga saat ini harganya sudah di atas Harga Pokok Penjualan (HPP).
"GKP sampai di penggilingan sudah sebesar Rp 6.300 - Rp 6.500 (per kilogram/Kg), sudah jauh di atas HPP GKP di sawah Rp 5.000 (per kg) di penggilingan maksimum Rp 5.500 (per kg)," ungkapnya.
Adapun kenaikan tersebut, katanya, sudah mulai terjadi sejak bulan Juli 2023 yang lalu, dimana kenaikannya terjadi secara perlahan.
"Sejak bulan Juli yang lalu harga gabah naik. Karena ada faktor lain yang mendasar, terjadi perebutan gabah dan ada pihak tertentu yang disinyalir curang dengan memberikan tambahan insentif. Naiknya secara perlahan tapi pasti GKP tersebut," jelasnya.
Apabila GKP mengalami kenaikan, lanjutnya, GKG otomatis akan mengikuti atau juga mengalami kenaikan.
"GKG otomatis juga naik, demikian juga beras pecah kulit, dan beras asalan naik. GKG (sekarang) sekitar Rp 7.300 (per kg), beras pecah kulit sekitar Rp 10.300 (per kg), dan beras asalan sekitar Rp 10.900 (per kg). (Dimana) acuannya GKG adalah di Rp 5.600 - Rp 6.100 (per kg)," pungkasnya.
(dce) Next Article El Nino Ancam Produksi Beras, Pasokan Beras Jakarta Aman?