
'Kiamat' Energi Timpa Tetangga RI, Negara Rugi Rp 21,3 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Defisit listrik parah di Vietnam, yang disebabkan oleh musim panas dan kekeringan pada Mei dan Juni, telah merugikan negara US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 21,3 triliun.
Bank Dunia (World Bank) mengatakan dengan perkiraan defisit pasokan permintaan puncak 1,8 GW, bisnis di Vietnam utara melaporkan kerugian hingga 10% dari pendapatan. Data ini mengutip survei industri kecil sebagai bagian dari pembaruan ekonomi Agustus.
"Perkiraan awal biaya ekonomi untuk pemadaman listrik Mei-Juni adalah sekitar US$ 1,4 miliar (0,3% dari PDB)," kata Bank Dunia dalam laporan Taking Stock yang dirilis Kamis (10/8/2023), seperti dikutip AFP.
Sebagai informasi, Vietnam adalah bagian penting dari rantai pasokan untuk beberapa perusahaan paling penting di dunia, dan banyak dari mereka, termasuk pemasok Samsung dan Apple Foxconn, memiliki pabrik di utara, yang lokasinya tidak jauh dari Hanoi.
Adapun, Vietnam utara telah mengalami pemadaman bergilir dan pemadaman listrik mendadak, sehingga operasi di sejumlah besar pabrik terkena dampak parah. Beberapa bisnis hanya diberi sedikit pemberitahuan atau tidak diberi peringatan sama sekali.
Vietnam saat ini berjuang dengan serangkaian gelombang panas yang dimulai awal Mei, di mana merkuri mencapai rekor tertinggi, sementara sungai dan waduk di pembangkit listrik tenaga air mengering.
Negara ini bergantung pada tenaga air untuk hampir setengah dari kebutuhan energinya, sementara permintaan listrik di negara Asia Tenggara meningkat rata-rata lebih dari delapan persen per tahun.
Pemerintah menargetkan pengurangan konsumsi energi sebesar dua persen per tahun hingga tahun 2025. Keputusan ini menunjukkan bahwa masalah listrik akan terus berlanjut.
Di sisi lain, Vietnam juga telah membuat janji ambisius untuk beralih dari tenaga batu bara pada tahun 2050 sebagai bagian dari upaya untuk melawan perubahan iklim.
"Tindakan cepat diperlukan untuk memitigasi risiko masa depan terhadap keamanan energi dan kerugian ekonomi," kata Bank Dunia, mendesak pihak berwenang dalam laporan tersebut.
Para ilmuwan memperingatkan cuaca ekstrem telah meningkat karena pemanasan global. Namun situasi di Vietnam tahun ini membaik pada awal Juli setelah hujan lebat terus mengguyur negara tetangga RI tersebut.
(luc/luc) Next Article Gelombang Panas Makan Korban Baru, Tetangga RI Krisis Listrik
