²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Xi Jinping 'Menghilang'! Tak Akan Hadiri G20 India, Kenapa?

Thea Fhatanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
05 September 2023 13:30
President of China Xi Jinping delivers opening remarks from their meeting with South African President Cyril Ramaphosa (unseen) after being bestowed with the Order of South Africa at the Union Buildings in Pretoria on August 22, 2023. (Photo by PHILL MAGAKOE / AFP)
Foto: AFP/PHILL MAGAKOE

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden China Xi Jinping 'menghilang' dari mata publik. Awal pekan ini, pihaknya mengindikasikan Xi tak akan menghadiri pertemuan puncak G20 India dan akan mengirim Perdana Menteri Li Qiang sebagai gantinya.

Informasi ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers Senin (4/9/2023). Mao tidak menjawab pertanyaan tentang situasi atau kondisi Xi saat ini dan menolak menjelaskan alasan keputusan tersebut.

Situasi ini pun merupakan hal yang tak biasa. Pasalnya Xi tidak pernah melewatkan pertemuan puncak G20, yang mempertemukan 19 negara dan Uni Eropa (UE), sejak mengambil alih kekuasaan pada 2012 silam.

Pengumuman tak hadirnya Xi juga muncul di tengah meningkatnya perselisihan antara China dengan beberapa anggota G20, yakni Amerika Serikat (AS) dan India. Masing-masing mengenai dukungan berkelanjutan Beijing terhadap Rusia dan klaim teritorialnya yang makin agresif di Asia.

Xi juga tak hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 yang digelar di Jakarta hari ini, Selasa (5/9/2023) dan digantikan oleh PM Li.

Ketidakhadiran Xi juga sempat muncul di KTT negara-negara berkembang BRICS yang diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan belum lama ini. Xi dilaporkan hanya hadir setengah acara dan kemudian 'menghilang' sebelum dapat memberikan pidato. Pihaknya juga tak memberikan keterangan kemana pemimpin berusia 70 tahun itu pergi.

Tegang dengan India

Di India, ketidakhadiran Xi dalam KTT G20 akan dipandang secara luas sebagai penghinaan terhadap pemimpin negara tersebut, Perdana Menteri Narendra Modi, yang diketahui mengandalkan KTT tersebut untuk meningkatkan kredibilitasnya sebagai pemimpin global.

Ketegangan meningkat antara Beijing dan New Delhi, yang semakin mendekatkan diri ke Barat melalui kelompok keamanan Quad yang mencakup Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.

China dan India juga sangat berselisih mengenai perbatasan bersama mereka. Perselisihan makin memanas pekan lalu ketika Kementerian Sumber Daya Alam China merilis peta yang menegaskan yurisdiksi atas seluruh negara bagian Arunachal Pradesh di India timur laut dan wilayah Aksai Chin, sebuah wilayah dataran tinggi sebagai milik Beijing.

The Global Times, surat kabar nasionalis Partai Komunis di China, memposting tentang peta tersebut di situs media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

India mengatakan pihaknya merespons dengan mengajukan protes keras kepada China. Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar menyebut peta China tidak masuk akal dan mengkritik Beijing melakukan kebiasaan lama dengan klaim sepihak.

Negara-negara lain termasuk Malaysia dan Filipina juga menyampaikan keluhan serupa.

Spekulasi Para Analis

Ketidakjelasan politik China dan keengganan Beijing membuat sulit untuk mengetahui mengapa Xi memilih untuk tidak menghadiri pertemuan puncak tersebut.

Para analis mengatakan hal ini bisa mencerminkan preferensi Presiden Xi terhadap kelompok-kelompok yang didominasi oleh China, seperti BRICS.

Selain itu, menurut analis, mengingat Xi akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Biden di sela-sela KTT G20, tindakan tersebut mungkin menunjukkan bahwa Xi ingin meredakan ketegangan dengan AS dengan caranya sendiri.

"Fakta bahwa ada spekulasi seperti itu setiap kali ada 'tidak hadir' merupakan indikasi dari ketidakpastian yang tidak hanya disebabkan oleh ketidakjelasan tetapi juga fakta bahwa segala sesuatunya tampaknya bergantung pada Xi, mengingat sentralisasi otoritasnya," kata Ian Chong, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura.

"Jika kepemimpinan secara eksternal dan, dalam hal ini, secara internal bergantung pada satu individu saja, hal ini akan menciptakan situasi yang cukup rapuh, tidak peduli seberapa kuat individu tersebut," tambahnya, seperti dikutip New York Times.

Di sisi lain, beberapa analis India mengatakan G20 tanpa Xi mungkin tidak terlalu buruk bagi Modi. Pasalnya pemimpin India ini di masa lalu telah dikritik oleh partai-partai oposisi karena mencoba membina hubungan dengan Xi namun malah menjadi bumerang menyusul meningkatnya bentrokan di perbatasan.

"Kedatangan Xi berarti menormalisasi hubungan tanpa melakukan upaya tulus untuk menyelesaikan krisis perbatasan," kata Brahma Chellaney, profesor studi strategis di Pusat Penelitian Kebijakan yang berbasis di New Delhi.


(pgr/pgr) Next Article Xi Tak Datang! Think Tank China Sebut India Sabotase G20

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular