
Hati-Hati, Gegara Ini Ketahanan Energi RI Bisa Anjlok!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dewan Energi Nasional (DEN) mencatat ketahanan energi Indonesia saat ini dalam kategori tahan. Namun, hal tersebut bisa mundur apabila impor komoditas energi melonjak signifikan.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto membeberkan, indeks ketahanan energi Indonesia saat ini berada di angka 6,61 yang artinya masuk kategori aman. Meski begitu, pihaknya terus mengupayakan agar indeks ketahanan energi RI dapat terus mengalami peningkatan.
Djoko menjelaskan, Presiden Joko Widodo pada tahun lalu berhasil menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite maupun Solar subsidi. Keputusan tersebut tentunya dapat membantu perekonomian RI, termasuk membantu mengurangi beban Pertamina yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah dalam menyalurkan BBM tersebut.
"Ke depan itu memang sekali lagi saya sampaikan bahwa ini kita akan rentan gitu ya, jangan sampai tadi apa namanya indeks ketahanan energi yang sudah tahan mundur lagi karena tadi impornya makin besar, harganya juga makin tinggi, kan ini memberatkan," tutur Djoko dalam acara 'Road to ²©²ÊÍøÕ¾ Awards 2023: Best Energy Companies', dikutip Rabu (1/11/2023).
Djoko merinci, indeks ketahanan energi nasional RI dapat dilihat dari empat variabel. Salah satunya yakni dari ketersediaan sumber energi, baik dari domestik maupun luar negeri.
"Tiga komoditas (minyak mentah, BBM, dan LPG) impor, kalau mereka karena perang tidak lanjut ekspor ke kita, maka akan susah dan harganya mahal," kata Djoko.
Meski demikian, di tengah kenaikan harga batu bara global yang berdampak pada harga jual listrik, pemerintah masih tetap memberikan harga yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
"Pemerintah masih memberikan harga yang terjangkau oleh masyarakat baik itu batu bara maksimum US$ 70 per ton gitu dibanding ekspor batu bara kan betul di atas US$ 100 per ton ya kita. Jadi PLN masih bisa menyerap harga listrik juga tidak mahal di masyarakat, kemudian LPG 3 kg harganya masih terjangkau oleh Masyarakat, masih kita subsidi," katanya.
Seperti diketahui, dalam mengukur indeks ketahanan energi, para pakar energi menggunakan 4 aspek yakni:
1.ÌýAvailability, yakni dari ketersediaan sumber energi dan energi baik dari domestic maupun luar negeri.
2.ÌýAccessibility, yaitu dari kemampuan untuk mengakses sumber energi infrastruktur jaringan energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.
3. Affordability yaitu dari keterjangkauan biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi dan distribusi hingga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi.
4.ÌýAcceptability yaitu berdasarkan penggunaan energi yang peduli lingkungan, termasuk penerimaan masyarakat.
(wia) Next Article Dewan Energi Akui Ketahananan Energi RI Belum Kuat!
