
Wajib Baca! 5 Tantangan Ekonomi RI pada 2024

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan Indonesia akan menghadapi 5 tantangan yang menanti perekonomian Indonesia di 2024. Tantangan-tantangan ini yang membuat Aviliani pesimistis bahwa tahun depan akan lebih baik dari tahun 2023.
Aviliani mengatakan tantangan pertama adalah terkait era suku bunga tinggi. Dia mengatakan era suku bunga higher for longer ini diperkirakan masih akan bertahan hingga semester II 2024. Sementara tantangan kedua, kata dia, adalah depresiasi nilai tukar Rupiah yang kemungkinan masih akan terjadi tahun depan.
"Yang kedua adalah masalah depresiasi nilai tukar yang cenderung masih akan berfluktuasi melihat situasi eksternal," ujar Aviliani dalam diskusi 'Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan Indef Terhadap Perekonomian Nasional', Kamis (28/12/2023).
Aviliani memprediksi tantangan ketiga terkait dengan aliran modal yang keluar dari Indonesia. Dia mengatakan banyaknya aliran modal keluar ini disebabkan oleh gelaran Pemilihan Presiden 2024. Untuk mencegah kondisi ini menjadi parah, dia meminta kepada para calon presiden untuk tidak membuat kegaduhan.
"Nah ini bagi capres-capres jangan sampai membuat kegaduhan yang akhirnya membuat orang yang punya duit itu keluar, dan itu akan menyulitkan kita semua. Oleh karena itu diharapkan pemilu damai supaya tidak ada ketakutan pengusaha dalam menempatkan uang di luar," kata dia.
Dia memperkirakan tahun depan para investor juga masih akan mengambil sikap wait and see, terutama dari sektor riil dan Foreign Direct Investment. Dia mengatakan para investor akan masih menunggu kepastian siapa Presiden yang akan terpilih, serta kebijakan-kebijakan yang mereka akan lakukan.
"Sehingga kalau satu putaran mungkin setelah Februari akan bagus lagi, tapi kalau 2 putaran ya menunggu sampai Juni. Makanya kita berharap 1 putaran lebih bagus, tapi kalau tidak ya memang akan lebih lama. Ini yang membuat kenapa 2024 belum tentu lebih baik dari 2023," kata dia.
Berikut ini merupakan 5 tantangan ekonomi yang disebut akan dihadapi Indonesia di 2024.
- Kenaikan suku bunga acuan diprediksi berlanjut karena inflasi inti yang masih tinggi
- Depresiasi Rupiah masih terjadi karena permintaan aset-aset berdenominasi US$ masih tinggi
- Capital outflow masih tinggi hingga akhir tahun karena risiko politik dan kebijakan The Fed
- Tantangan menjaga rupiah dipengaruhi cadangan yang berkurang karena kinerja ekspor yang melambat
- Investor wait and see terhadap ekonomi 2024 karena momen pemilu
Sebelumnya, Ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan potensi Indonesia mengalami resesi sangat kecil. Hal itu dia sampaikan dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia, minggu lalu (22/12/2023).
"Saya lihat probabilitas Indonesia terkena resesi kecil sekali, sejak tahun lalu saya katakan itu," kata Chatib.
Kendati demikian, Chatib mengatakan tetap berhati-hati dengan optimismenya tersebut. Dia mengatakan ada sejumlah faktor global yang bisa sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Pertama, dia mengatakan ada ruang bagi bank sentral AS The Fed untuk menurunkan suku bunganya pada pertengahan 2024. Dalam kondisi itu, kata dia, ada kemungkinan perusahaan di AS akan mulai berekspansi, sehingga menyebabkan permintaan terhadap surat berharga pemerintah AS mulai turun.
Di sisi lain, defisit anggaran di AS sudah mencapai 9%. Ini artinya pemerintah AS akan kembali menerbitkan US Treasury untuk menutup defisit tersebut. Chatib mengatakan kondisi ini akan menimbulkan ekses berupa yield US Treasury yang naik.
"Saya pikir BI tetap memonitor tentang ini," kata dia.
Kedua, Chatib menyoroti pelambatan ekonomi China selaku mitra dagang utama Indonesia. Ekonomi negeri itu diramal hanya tumbuh 4,5%. Dia mengatakan pelambatan ekonomi China ini tentu akan berpengaruh ke Indonesia, sebab setiap 1% ekonomi China, akan berpengaruh sekitar 0,3% ekonomi RI.
"Jadi kalau dia di 5,3% jadi 4,5% atau turun 0,7%, mungkin impact-nya pada ekonomi Indonesia sekitar 0,2% slowdown," kata dia.
Ketiga, lanjutnya, konflik Israel-Hamas. Kondisi ini bisa mempengaruhi harga minyak. Namun, dia tak terlalu mengkhawatirkan kenaikan harga minyak dunia. Defisit anggaran Indonesia tergolong kecil, yakni 0,2%. Dengan defisit itu, dia memperkirakan APBN akan masih bertahan meskipun harga minyak dunia menyentuh level US$ 147 per barel.
"Ada ruang di dalam fiskal untuk mengabsorb subsidi itu di tahun 2024," ujar Komisaris Utama PT Bank Mandiri Tbk.
Terakhir, Chatib mengatakan resesi global sebagai dampak dari kenaikan harga pangan juga patut diwaspadai. Kenaikan harga pangan ini disebabkan oleh kemarau panjang El Nino. Kenaikan harga pangan, kata dia, akan sangat memukul sebagian besar penduduk Indonesia.
(haa/haa) Next Article Ngeri! Krisis Sering Berulang, Indonesia Belum Aman di 2024
