
Ini Dia Kenapa Jokowi Jor-joran Tumpuk Stok Beras Impor

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tahun 2023 menjadi tahun gejolak harga pangan, tak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Harga sejumlah bahan pangan cetak rekor, termasuk beras. Tercatat, harga beras secara rata-rata eceran nasional cetak rekor, beras premium tembus Rp15.000 per kg dan beras medium mepet Rp14.000 per kg.
Karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras secara jor-joran tahun ini. Dan kemungkinan akan berlanjut sampai tahun 2024 nanti. Hal itu demi meredam harga beras yang terus menanjak dan mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP).Â
Sebagai informasi, pada Desember 2022, pemerintah telah memerintahkan Bulog mengimpor beras sebanyak 500.000 ton, yang sebagian importasinya baru terlaksana pada awal tahun 2023. Keputusan impor itu dilakukan karena stok beras pemerintah di gudang Bulog yang tak ideal.
Lalu, pada periode awal tahun 2023, pemerintah memerintahkan Bulog mengimpor 2 juta ton beras. Kemudian pada Oktober 2023, pemerintah memerintahkan lagi Bulog mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton.
Dengan begitu, impor beras tahun ini menjadi 3,5 juta ton jika terealisasi penuh sampai akhir tahun ini. Ini menjadi rekor importasi beras medium yang dilakukan pemerintah.
Beras CBP itu kemudian untuk menjalankan program pemerintah, yaitu bantuan pangan beras 10 kg kepada lebih 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) sejak bulan Maret 2023 selama 3 bulan berturut-turut. Kemudian dilanjutkan pada bulan September 2023 hingga akhir tahun, yang kemudian dijadwalkan berlanjut sampai tengah tahun 2024.
Lalu apa penyebab pemerintah impor beras secara besar-besaran tahun ini?
Ternyata, kekeringan ekstrem yang dipicu fenomena El Nino jadi salah satu pertimbangan pemerintah menambah kuota impor beras tahun ini. Menurut Jokowi, produksi beras nasional akan berkurang akibat El Nino. Di mana, BMKG telah memprediksi, El Nino masih akan berlangsung sampai tahun 2024 nanti.
Karena itu, kata Jokowi, dibutuhkan penambahan stok cadangan beras nasional hingga 1,5 juta ton sampai akhir tahun 2023. Dari posisi stok beras nasional di Perum Bulog saat ini sekitar 1,7 juta ton.
Hal itu disampaikan saat mengikuti panen raya padi di Desa Ciasem Girang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Minggu pagi, 8 Oktober 2023.
"Tapi memang masih kurang sehingga dari stok yang ada di Bulog saat ini 1,7 juta ton masih menambah lagi, sampai akhir tahun kira-kira 1,5 juta ton," kata Jokowi dalam keterangan, dikutip dari situs resmi Sekretariat Negara, Selasa (10/10/2023).
Usai rapat di Istana Kepresidenan, Senin (9/10/2023), Arief Prasetyo Adi yang saat ini menjadi Plt Menteri Pertanian (Mentan) mengatakan, keputusan pemerintah menambah kuota impor karena penugasan sebanyak 2 juta ton tahun ini dianggap belum cukup sehingga harus ditambah.
Hanya saja, Arief memberi sinyal, importasi tambahan 1,5 juta ton itu akan sulit direalisasikan sepenuhnya hingga akhir tahun 2023.
"Tahun 2023 itu penugasan 2 juta ton, kemudian ditambah lagi 1,5 juta ton. Tapi, kemungkinan dari kuota 1,5 juta ton itu, bisa masuk 600.000 ton sampai dengan 31 Desember 2023," katanya.
"Betul, (impor) hanya untuk cadangan pemerintah yang digunakan untuk intervensi seperti bantuan pangan dan SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan," jelas Arief.
Sementara itu, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi tahun 2023 yang ditayangkan Youtube Kemendagri, Senin (26/12/2023), Kadiv Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Cahyaningtiyas Rispinatri menjabarkan, posisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) per 22 Desember 2023 adalah sebanyak 1,101 juta ton.
Selain itu Bulog juga mengelola beras pemerintah sebanyak 63.039 ton beras komersial.
Tumpuk Stok
Presiden Jokowi sebelumnya juga menaikkan target stok CBP yang harus dikelola Bulog. Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, perintah Presiden itu sebagai persiapan untuk menghadapi kondisi ke depan.
Di mana sebelumnya, pemerintah menargetkan stok beras Bulog di akhir tahun tersedia minimal di atas 1 juta ton.
"Stok Bulog akan selalu dijaga di atas 1 juta ton. Namun kemarin Bapak Presiden meminta penambahan stok sampai terus mendekati 3 juta ton," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/12/2023).
"Ini untuk memastikan bahwa dalam kondisi apapun, entah itu climate change, El Nino atau apapun, negara itu punya stok yang siap sedia digelontorkan ke masyarakat," tambahnya.
Untuk itu, imbuh dia, pemerintah fokus untuk memastikan ketersediaan stok CBP ada dan mencukupi di seluruh penjuru Indonesia.
Di sisi lain, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti saat saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi tahun 2023, Senin (11/9/2023) sebelumnya mengungkapkan, Indonesia adalah negara importer atau pengimpor bersih beras.
Artinya, mengutip definisi di laman investopedia, net importer adalah negara yang membeli lebih banyak barang dari negara lain dalam perdagangan global, dibandingkan menjualnya ke negara tersebut dalam periode waktu tertentu.
BPS mencatat, ketergantungan Indonesia akan beras impor berpotensi semakin meningkat.
Tambahan Impor 2 Juta Ton
Tak sampai di situ, pemerintah juga telah berencana memerintahkan Bulog mengimpor lagi beras sebanyak 2 juta ton untuk tahun 2024 nanti.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, pihaknya telah menjajaki peluang ke berbagai negara, termasuk India, Thailand, juga China. Penjajakan dilakukan dalam mekanisme antar bisnis (business to business/ B to B) maupun antar pemerintah (government to government).
"Untuk 2024, alokasi impor 2 juta ton. Kami baru rasan-rasan dengan Thailand itu secara B to B, gambaran awalnya jumlahnya kurang lebih 700.000 sampai 1 juta ton. Belum MoU. Nah, setelah kami B to B, ternyata pemerintah juga melakukan pembicaraan secara G to G," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (21/12/2023).
"Kita sekarang mencari dari semua mana yang paling sesuai dengan ketentuan berlaku di Indonesia. Enaknya, Bulog karena BUMN bisa melakukan penjajakan melalui 2 jalur, B to B dan G to G.," tambahnya.
Bayu mengakui, saat ini terjadi tren penurunan produksi pangan, termasuk beras. Salah satunya juga akibat El Nino.
"Tahun 2023 ini angka produksi kemungkinan turun antara 750.000 sampai 1,3 juta ton. Jadi kalau kita lihat dari situ, katakanlah tahun 2024 itu normal, maka untuk mengembalikan ke posisi semula, untuk cover bantuan pangan dan SPHP tahun 2024, kurang lebih kita hanya butuh impor segitu. Karena masa produksi dalam negeri nggak dihitung," ujar Bayu.
Sementara, imbuh dia, untuk posisi stok di gudang Bulog saat ini, masih cukup kuat untuk stabilitas harga menghadapi tahun 2024.
"Dengan stok komoditas pangan yang dikuasai Bulog saat ini kemudian masih ada stok dalam perjalanan dan tambahan baru penugasan pengadaan stok dari pemerintah maka jumlahnya akan makin kuat untuk kebutuhan penyaluran sampai tahun depan guna mempertahankan stabilitas harga pangan di masyarakat," tegas Bayu.
(dce/dce) Next Article Bulog Ungkap Produksi Beras Turun, Siap-siap Lakukan Ini
