
Eropa Kembali Tuduh yang Tidak-Tidak, Pemerintah Beri Jawaban Menohok

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kementerian Perdagangan membantah tudingan Uni Eropa soal produk baja nirkarat/stainless steel asal dalam negeri. Tuduhan itu membuat Uni Eropa menambahkan bea masuk anti dumping (BMAD) dan Countervailing Duties (bea masuk penyeimbang/BMP) pada lempeng baja canai dingin nirkarat atau stainless steel cold-rolled flat (SSCRF) Indonesia.
Menurut Uni Eropa, produk stainless steel Indonesia mendapatkan subsidi pemerintah China. Karena masalah itu, Indonesia menggugat Uni Eropa ke World Trade Organization (WTO) karena pengenaan bea masuk anti dumping pada November lalu.
Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Internasional Kementerian Perdagangan, Bara Krishna Hasibuan buka suara soal hal tersebut. Menurutnya subsidi transasional tidak bertentangan dengan ketentuan WTO, bernama agreement on subsidies and countervailing measures.
Kasus tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan tercatat sebagai yang pertama kali sejak WTO dibentuk.
"Soal transational subsidies belum pernah satupun negara atau anggota di WTO yang mengangkat kasus ini dalam suatu dispute. Jadi ini adalah pertama kali dalam sejarah pembentukan WTO ada satu anggota yang men-challenge anggota lain dalam dasar ini," kata dia dalam acara Mining Zone ²©²ÊÍøÕ¾.
Dia menjelaskan tuduhan Uni Eropa pada pabrik di kawasan industri Morowali mendapatkan subsidi dari China tidak memiliki bukti yang kuat.
Bea impor anti dumping dapat merugikan Indonesia. Bara mengatakan kisarannya mencapai 40 juta Euro atau sekitar Rp 668,8 miliar.
Jumlah kerugian itu sama dengan 20 ribu ton stainless steel yang dikenakan biaya bea masuk anti dumping tersebut.
"Argumentasi dari Uni Eropa adalah bahwa pabrik yang dimiliki oleh investor China yang beroperasi di kawasan industri Morowali mendapatkan subsidi dari pemerintah China. Sedangkan mereka gak bisa membuktikan jenis subsidi seperti apa itu yang dikenal dengan nama transational subsidies," jelasnya.
(fsd/fsd) Next Article Uni Eropa Nyari Ribut Lagi Sama RI, Ini Isi Tuduhannya