²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Bos Minyak Teriak Laut Merah Membara: Risiko Sangat Nyata

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
17 January 2024 07:40
Helikopter militer Houthi melayang di atas kapal kargo Galaxy Leader saat pejuang Houthi berjalan di dek kapal di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023. (Houthi Military Media/Handout via REUTERS)
Foto: Laut Merah membara (via REUTERS/HOUTHI MILITARY MEDIA)

Jakarta ²©²ÊÍøÕ¾ - Bos perusahaan minyak buka suara akan krisis di Laut Merah. Disebutkan bagaimana keadaan saat ini menimbulkan risiko serius terhadap aliran minyak, dengan harga dapat berubah cepat apabila pasokan Timur Tengah terganggu.

"Ini adalah situasi yang sangat serius dan tampaknya semakin buruk," tegas CEO Chevron, Michael Wirth mengatakan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, dikutip Rabu (17/1/2024).

"Begitu banyak aliran minyak dunia melalui wilayah tersebut yang harus dihentikan, saya pikir Anda bisa melihat banyak hal berubah dengan sangat cepat," tambahnya.

Wirth mengatakan masih terus memantau situasi. Ia berujar kondisi benar-benar sangat berkembang di Timur Tengah.

"Kami benar-benar harus memperhatikannya dengan sangat hati-hati," katanya lagi.

Merujuk Wall Street Journal (WSJ), perusahaan minyak utama Inggris, Shell juga telah menangguhkan pengiriman melalui Laut Merah. Namun belum ada pernyataan resmi dari perusahaan.

Shell juga telah menghentikan pengiriman melalui titik perdagangan penting ini sekitar sebulan setelah BP menghentikan transit melalui wilayah itu. Beberapa perusahaan tanker besar, yang mengangkut produk minyak bumi seperti bensin dan minyak mentah, menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah sejak akhir pekan.

Sebelumnya, militan Houthi yang berbasis di Yaman telah berulang kali menyerang kapal komersial di Laut Merah sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza. Ini kemudian dibalas Amerika Serikat (AS) dan Inggris dengan melancarkan serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman untuk mengamankan pengiriman melalui jalur air tersebut.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan negara-negara yang memiliki pengaruh di Iran perlu mengambil sikap yang lebih kuat. Ini guna menolak aksi Houthi seperti "membajak kapal yang mereka lakukan".

Diketahui Dewan Keamanan PBB pekan lalu mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam serangan Houthi "dengan sekeras-kerasnya". Namun, anggota tetap dewan, China dan Rusia abstain dalam pemungutan suara mengenai resolusi tersebut.

"Kami mengantisipasi bahwa Houthi akan terus berusaha menjaga arteri penting ini dalam bahaya, dan kami terus berhak untuk mengambil tindakan lebih lanjut, namun hal ini perlu dilakukan secara menyeluruh," kata Sullivan saat wawancara di Davos, kemarin.

Sementara itu, analis pasar minyak dan geopolitik mengatakan risiko terbesar terhadap pasokan energi akan terjadi jika ketegangan di Timur Tengah berubah menjadi konflik regional. Terutama jika ini mengganggu aliran minyak mentah yang keluar dari Selat Hormuz.

Menurut Kpler, sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Laut Merah setiap hari. Di Selat Hormuz, ada 18 juta barel minyak dan gas yang transit.

Goldman Sachs telah memperingatkan bahwa gangguan yang berkepanjangan di Selat Hormuz dapat melipatgandakan harga minyak. Meskipun bank investasi memandang skenario tersebut tidak mungkin terjadi.

Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)Foto: Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)
Peta selat hormuz laut merah. (Tangkapan Layar/cnbc.com)


(sef/sef) Next Article Kelompok Houthi Yaman Ngamuk, Incar Kapal Rute Israel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular