²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

7 Update Konflik Timur Tengah: AS Semprot Israel-Laut Merah Kian Panas

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
24 January 2024 22:00
Kendaraan militer Israel bergerak keluar dari Jalur Gaza, Senin (15/1/2024). (REUTERS/Amir Cohen)
Foto: Kendaraan militer Israel bergerak keluar dari Jalur Gaza, Senin (15/1/2024). (REUTERS/Amir Cohen)
Daftar Isi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Serangan masih terus terjadi di Gaza. Serangan itu diluncurkan oleh Israel sebagai pembalasan dendam atas penyerangan kelompok militan Palestina, Hamas, ke wilayahnya pada 7 Oktober lalu.

Serangan Tel Aviv yang dilakukan dalam skala besar itu kemudian memancing milisi-milisi yang pro Hamas di Timur Tengah seperti Houthi dan Hizbullah untuk bergerak. Ini membuat resiko perluasan perang di kawasan terbuka lebar.

1. Potensi perdamaian

Pembicaraan intensif gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali digelar. Menurut tiga sumber yang mengetahui hal tersebut, baik Israel dan Hamas pada prinsipnya sepakat melakukan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina saat gencatan senjata selama sebulan.

Namun, rencana kerangka kerja tersebut terhambat oleh perbedaan pendapat antara kedua belah pihak. Ini mengenai cara mengakhiri perang Gaza secara permanen.

"Putaran terakhir diplomasi dimulai pada 28 Desember dan telah mempersempit perbedaan pendapat mengenai lamanya gencatan senjata awal menjadi sekitar 30 hari, setelah Hamas pertama kali mengusulkan jeda beberapa bulan," kata salah satu sumber, seorang pejabat yang menjelaskan perundingan tersebut, seperti dikutip Reuters pada Rabu (24/1/2024).

Menurut sumber lain, Hamas menolak untuk melanjutkan rencana tersebut sampai kondisi gencatan senjata permanen di masa depan disepakati. Kata salah satu sumber, seorang pejabat Palestina yang dekat dengan upaya mediasi "Israel berusaha melakukan perundingan secara bertahap, sementara Hamas sedang mengupayakan paket kesepakatan"yang menyetujui gencatan senjata permanen sebelum para sandera dibebaskan pada tahap awal".

Dilaporkan pula bahwa baik pihak Israel dan Hamas berbicara melalui mediator. Keduanya tidak berbicara secara langsung selama perundingan tersebut.

Ketika ditanya tentang perundingan tersebut, pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan bahwa organisasi tersebut terbuka untuk mendiskusikan gagasan. Namun belum ada kesepakatan yang dicapai.

"Kami terbuka terhadap semua inisiatif dan proposal, namun perjanjian apa pun harus didasarkan pada penghentian agresi dan penarikan penuh pendudukan dari Jalur Gaza," kata Abu Zuhri dimuat laman yang sama.

2. Haru selimuti Timnas Palestina

Tim sepak bola Palestina mencapai babak sistem gugur Piala Asia AFC untuk pertama kalinya setelah mengalahkan Hong Kong 3-0 pada Selasa dalam pertandingan Grup C. Kemenangan ini diselimuti rasa haru mengingat serangan Israel ke wilayah Palestina.

Penyerang Oday Dabbagh menjadi pahlawan di Stadion Abdullah bin Khalifa di Doha, Qatar. Ia berhasil mencetak dua gol melalui sundulan rekan penyerang Zeid Qunbar.

Momen olahraga bersejarah bagi warga Palestina ini terjadi ketika perang Israel melawan Hamas berkecamuk di Gaza, menyebabkan kehancuran yang luas dan krisis kemanusiaan yang sangat parah. Kematian warga Palestina di Tepi Barat juga meningkat pada saat yang sama.

Sepanjang pertandingan, 6.500 penonton bersorak untuk tim Palestina dan saat peluit akhir dibunyikan, para pemain menangis bahagia. Lini bertahan Mohammed Saleh, yang lahir di Gaza, terlihat menangis dan berlutut di tanah, wajahnya terkubur di rumput.

3. AS hantam Houthi lagi di Laut Merah

Militer AS melakukan serangan di Yaman terhadap dua rudal anti-kapal Houthi yang ini melakukan serangan ke kapal komersial di Laut Merah.

"Rudal Houthi menimbulkan ancaman terhadap kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut," kata CENTCOM.

Hal ini terjadi setelah AS dan Inggris melakukan serangan tambahan terhadap sasaran Houthi di Yaman pada hari Senin.

Kelompok Houthi yang didukung Iran mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangan mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah sampai perang antara Israel dan Hamas di Gaza berakhir.

4. AS beri pesan menohok ke Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington tidak akan mendukung rencana Israel untuk menciptakan apa yang disebut "zona penyangga" secara permanen di Gaza dan secara efektif akan mengurangi luas wilayah Palestina.

"Mengenai status permanen Gaza di masa depan, kami sudah jelas, kami tetap jelas, untuk tidak melanggar batas wilayahnya," kata Blinken pada konferensi pers di Abuja, Nigeria.

Namun, Blinken mengatakan mungkin perlu ada "pengaturan transisi" yang memberikan "pengaturan keamanan yang diperlukan" untuk memungkinkan warga Israel yang dekat dengan Gaza tinggal secara aman.

Blinken juga menegaskan bahwa warga Gaza yang meninggalkan rumah mereka harus diizinkan kembali dan warga Palestina dapat mengatur diri mereka sendiri.

5. Israel kembali serang Lebanon

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan telah melakukan serangan terhadap sasaran di Lebanon untuk menyerbu aset militer yang mungkin digunakan milisi bersenjata negara itu, Hizbullah.

IDF mengatakan pihaknya juga menyerang beberapa wilayah tambahan di Lebanon, termasuk kompleks militer tempat Hizbullah beroperasi.

"Aktivitas militer Hizbullah di selatan Sungai Litani di Lebanon, termasuk penggunaan dan penyimpanan persenjataan, jelas merupakan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. IDF akan terus mempertahankan perbatasan Israel dari ancaman apa pun," kata IDF.

Hizbullah bersama Houthi di Yaman merupakan milisi pro-iran yang terus menerus melakukan serangan ke Israel. Ini merupakan bentuk solidaritas. kelompok itu terhadap Hamas dan Gaza.

6. Korban jiwa di Gaza

Setidaknya ada 210 warga Gaza yang tewas dalam serangan Israel 24 jam terakhir. Ini membuat korban jiwa akibat serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu menebus angka 25.700.

Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan jumlah korban luka kini mencapai 63.740 orang sejak pertempuran dimulai.

7. Proses gugatan Israel di Mahkamah Internasional (ICJ)

ICJ diperkirakan akan memutuskan pada hari Jumat apakah mereka akan memberikan tindakan darurat untuk menghentikan perang di Gaza. Hal ini dilaporkan situs berita Afrika Selatan News24.

Bulan ini, Afrika Selatan meminta ICJ, yang juga dikenal sebagai Pengadilan Dunia, untuk memerintahkan penghentian darurat kampanye militer Israel di wilayah kantong Palestina, dengan menuduh mereka melakukan "genosida yang dipimpin negara".

Israel menolak tuduhan genosida dan menyebutnya "sangat menyimpang" dan mengatakan mereka mempunyai hak untuk membela diri.


(luc/luc) Next Article Menguak Dukungan Iran untuk Hamas & Pengaruh di Timur Tengah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular