²©²ÊÍøÕ¾

Gusur Batu Bara, RUPTL PLN Diramal Bakal Dikuasi Gas

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
01 February 2024 17:50
Vapor comes out from chimneys at the Boroa combined cycle gas turbine (CCGT) power plant in Amorebieta, Spain, September 14, 2021. REUTERS/Vincent West
Foto: Ilustrasi Pembangkit Listrik tenaga Gas (REUTERS/VINCENT WEST)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Praktisi Migas Widhyawan Prawiraatmadja memproyeksikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nantinya akan banyak didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Hal tersebut menyusul komitmen perusahaan dalam penggunaan energi bersih dalam proses produksi listrik.

Menurut Widhyawan, PLN sejatinya mempunyai beberapa opsi jenis pembangkit yang dapat diandalkan untuk menggantikan PLTU batu bara sebagai pembangkit beban puncak (base-load). Salah satunya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Namun persoalannya, kapasitas PLTP di Indonesia terlalu kecil apabila dibandingkan dengan kapasitas PLTU. Sebagai contoh 1 unit PLTU saja bisa memiliki kapasitas sebesar 2x1.000 MW, sementara 1 PLTP yang paling besar di Indonesia hanya berkapasitas 330 MW.

"Sarulla 300'an MW, itu kan biasanya 55 MW, 60 MW, ya kapan nyampenya gitu untuk ke 1.000 MW. Belum mengenai waktu eksplorasi dan segala macemnya, jadi geothermal bagus tapi ada isu di situ," kata Widhyawan dalam acara "Menanti Arah Pemimpin Baru di Sektor Migas", Kamis (1/2/2024).

Sama halnya dengan Pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kapasitas dari jenis pembangkit bersih tersebut juga belum mampu menggantikan kapasitas PLTU yang cukup besar. "Jadi pilihannya apa? gas. Gas ini menjadi jembatan sebelum kita bisa gede-gedean ke renewable karena renewable yang selain baseload tadi kan opsinya yaitu angin dan surya yang gak terus-terusan ada, itu harus ada yang mengimbangi, yang bisa mengimbangi dengan cepat ya kembali lagi gas," kata dia.

Sebelumnya, PT PLN (Persero) diketahui tengah menggodok perubahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Adapun perubahan RUPTL yang baru ini diperkirakan sampai dengan tahun 2040.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo membeberkan dalam perubahan RUPTL tersebut, porsi pembangkit baru energi baru terbarukan (EBT) diperkirakan mencapai 75%. Dengan begitu, porsi pembangkit yang berasal dari PLTU batu bara tidak akan ditambah.

Di sisi lain, dengan adanya penambahan green enabling transmission line serta smart grid, maka pihaknya juga akan mampu memanfaatkan potensi dari sumber EBT yang ada di Indonesia. Mulai dari hidro, panas bumi, angin, matahari, dan ombak laut.

"Nah untuk itu penambahan energi dalam RUPTL yang baru yang sedang kita rancang ini adalah 60 gigawatt (GW) penambahan pembangkit di Indonesia sampai 2040 berbasis pada EBT, artinya itu 75% penambahan pembangkit akan berbasis pada energi baru terbarukan," ujar Darmo dalam acara Nusantara Power Connect 2023, Senin (11/9/2023).

Sementara itu, sisanya akan diisi oleh penambahan pembangkit listrik berbasis gas yang ramah lingkungan. Dimana pengurangan emisinya lebih rendah 60% dari pembakaran listrik pada PLTU batu bara.

"Artinya apa di sini kita menyelaraskan bagaimana ada keseimbangan antara pertumbuhan environmental sustainability dengan adanya perencanaan yang baru ini tentu saja harapannya adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa terjaga," kata dia.


(pgr/pgr) Next Article RI Siap Punya Pembangkit Gas Terbesar se Asia Tenggara, Ini Pemiliknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular