²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Mengenal Rafah, Jalur Penyelamatan Warga Gaza yang Diserang Israel

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
13 February 2024 16:25
Wanita Palestina yang mengungsi, Laila Abu Mustafa, yang meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel, berlindung di perbatasan dengan Mesir, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 10 Februari 2024. (REUTERS/Mohammed Salem)
Foto: Wanita Palestina yang mengungsi, Laila Abu Mustafa, yang meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel, berlindung di perbatasan dengan Mesir, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 10 Februari 2024. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)
Daftar Isi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Wilayah Rafah kini menjadi area serangan Israel terbaru. Sekitar 100 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan dari udara dan laut di wilayah tersebut pada Senin (12/2/2024).

Berikut fakta mengenai Rafah dan apa rincian seputar "operasi" Israel di wilayah tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Apa itu Rafah?

Rafah adalah wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Di sisi Palestina, Rafah adalah nama gubernur paling selatan di Gaza dan ibu kotanya, serta nama penyeberangan ke Sinai di Mesir. Di sisi Mesir, Rafah adalah sebuah kota di provinsi Sinai Utara.

Rafah Palestina memiliki luas 64 km persegi (25 mil persegi). Ketika Israel menyerang Gaza selama empat bulan terakhir, semakin banyak orang yang digiring ke sana oleh pasukan Israel yang terus menjanjikan keamanan di selatan, namun hal ini tidak pernah terwujud.

Sekitar 1,4 juta warga Palestina kini telah terdesak ke Rafah akibat pemboman Israel yang tiada henti, yang telah menewaskan hampir 30.000 warga Palestina.

Orang-orang berada dalam kelompok padat di ruang terbatas yang tidak dipenuhi puing-puing atau dibom oleh Israel. Kondisinya saat ini sangat buruk.

Operasi Israel di Rafah

Israel mengklaim empat brigade Hamas hadir di Rafah, menggunakan kehadiran mereka di sana untuk membenarkan serangan melalui udara serta rencana serangan darat.

Israel juga mengklaim rencana untuk mengevakuasi kota tersebut ke tempat yang tidak jelas, sehingga membuat mereka yang berlindung di Rafah lumpuh.

Keterlibatan Mesir

Akibat banyak warga sipil yang terjebak terdesak di perbatasan dengan Mesir, para analis mengatakan sepertinya Israel ingin mendorong mereka ke Sinai.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas keamanan dalam negeri Mesir dan kemungkinan lebih dari satu juta warga Palestina yang mengalami trauma terpaksa masuk ke wilayahnya.

Lalu apa yang telah dilakukan Mesir sejauh ini? Mesir dilaporkan telah memindahkan 40 tank dan pengangkut personel lapis baja ke perbatasan Gaza untuk menghentikan potensi dampak serangan darat Israel.

Mesir telah memperingatkan bahwa setiap serangan darat Israel di Rafah akan menimbulkan "konsekuensi yang menghancurkan." Tujuan Israel untuk memaksa warga Palestina keluar dari tanah mereka juga akan mengancam perjanjian perdamaian Camp David yang telah berusia 40 tahun antara kedua negara.

Kairo telah meningkatkan keamanan perbatasan sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Alasan Warga Palestina Tak Mau Tinggalkan Gaza

Sejarah kelam yang disebut Nakba, yang artinya bencana, membuat warga Palestina ogah meninggalkan Gaza. Nakba terjadi pada tahun 1948, di mana sekitar 750.000 warga Palestina diusir dari tanah mereka secara etnis untuk membuka jalan bagi berdirinya negara Israel.

Banyak warga Gaza yang merupakan keturunan pengungsi Nakba dan tidak ingin meninggalkan Palestina karena mereka tahu mustahil untuk kembali, karena Israel tidak akan membiarkan mereka kembali.

Negara-negara Arab, seperti Mesir, juga menolak adanya pengungsian karena Hak untuk Kembali ke Palestina telah menjadi tuntutan utama sejak tahun 1948.

Keamanan dan Kondisi Rafah Saat Ini

Jadi, apakah aman di Rafah untuk saat ini? Jawabannya tidak.

Israel telah membunuh lebih dari 100 orang setiap hari dalam serangan udara di Rafah.

Mereka yang selamat dari serangan tersebut hidup dalam kondisi yang sangat buruk, yaitu di tenda-tenda yang selalu terisi air setiap kali hujan, atau di bawah puing-puing apa pun yang mereka temukan untuk berlindung.

Terkait kondisi Rafah, citra satelit yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan suatu wilayah sudah berada pada titik puncaknya. Sekitar 22.000 orang memadati kawasan Rafah yang memiliki luas 64 km persegi.

Sebelum perang, 275.000 orang tinggal di wilayah seluas 64 km persegi tersebut, menjadikan Rafah salah satu wilayah Gaza yang paling padat penduduknya, dan merupakan salah satu wilayah yang paling padat penduduknya di dunia.

Massa yang mengungsi masuk ke fasilitas UNRWA, berharap badan yang dibentuk untuk membantu mereka dapat melakukannya. Namun hampir 150 staf UNRWA tewas dalam serangan Israel, bantuan dihentikan oleh Israel, dan pemerintah Barat menarik dana ketika Israel menuduh tanpa bukti bahwa 12 staf UNRWA ikut serta dalam serangan tanggal 7 Oktober.

Kepadatan penduduk telah mengakibatkan penyebaran penyakit, dan pejabat kesehatan melaporkan wabah hepatitis A, yang berkembang biak jika terjadi kontak dekat.

Karena tidak mungkinnya mengisolasi pasien, kecil sekali harapan untuk menghentikan wabah ini atau penyakit lain, seperti kudis dan kutu, yang diperburuk oleh kurangnya kamar mandi atau toilet yang higienis.


(luc/luc) Next Article Ini Harapan Terakhir Warga Palestina Tinggalkan 'Neraka' Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular