²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Hati-Hati RI, Negara Ini Diramal Jadi 'Raksasa' Baru Asia Tenggara

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
21 February 2024 10:00
Gedung pencakar langit Landmark 81 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. (AP Photo/Business Wire)
Foto: Gedung pencakar langit Ho Chi Minh, Vietnam. (AP Photo/Business Wire)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ramalan baru muncul soal ekonomi Asia Tenggara. Salah satu negara di kawasan bisa menjadi "raja' baru.

Vietnam disebut akan mengalami lonjakan pertumbuhan kekayaan yang paling tajam pada dekade mendatang seiring dengan statusnya sebagai "pusat manufaktur global". Negara Asia Tenggara ini diperkirakan akan mengalami peningkatan kekayaan sebesar 125% selama 10 tahun ke depan.

"Peningkatan kekayaan ini, terbesar di antara negara mana pun dalam hal PDB per kapita dan jumlah jutawan," kata laporan firma intelijen kekayaan global New World Wealth dan penasihat migrasi investasi Henley & Partners, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, Rabu (21/2/2024).

"Vietnam adalah basis manufaktur yang semakin populer bagi perusahaan teknologi, otomotif, elektronik, pakaian dan tekstil multinasional," kata salah satu penelitinya Andrew Amoils.

Vietnam sendiri merupakan rumah bagi 19.400 jutawan dan 58 centimiliuner. Negara ini, dalam laporan New World Wealth, dianggap sebagai negara yang relatif aman dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik, terutama karena terdapat insentif tambahan bagi perusahaan untuk mendirikan operasi manufaktur di negara tersebut.

Lokasi yang strategis, berbatasan darat dengan China dan dekat dengan jalur perdagangan maritim utama, juga menjadi keunggulan lain. Belum lagi biaya tenaga kerja yang rendah, serta infrastruktur yang mendukung ekspor negara tersebut.

"Semuanya telah mengubah Vietnam menjadi tujuan utama investasi internasional," kata McKinsey dalam sebuah laporan.

"Vietnam berkembang pesat dan sebagian besar penduduknya merasakan manfaatnya," kata kepala investasi VinaCapital Group, Andy Ho.

"Vietnam juga mendapat manfaat dari ketegangan perdagangan AS-China yang sedang berlangsung, dengan banyaknya perusahaan multinasional yang melakukan diversifikasi manufaktur ke Vietnam sebagai bagian dari strategi 'China plus satu', dan secara konsisten telah menyaksikan investasi asing langsung yang kuat dari perusahaan-perusahaan multinasional," ujar Ho lagi.

Sebenarnya pertumbuhan PDB Vietnam pada tahun 2023 melambat menjadi 5,05% dibandingkan dengan ekspansi sebesar 8,02% pada tahun 2022. Ini karena melemahnya permintaan global dan terhentinya investasi publik seiring dengan proporsi manufaktur yang besar, menyumbang seperempat dari PDB-nya.

Namun mengutip World Bank (Bank Dunia) PDB per kapita Vietnam telah meningkat 10 kali lipat dalam waktu 10 tahun, dari US$2.190 namun kini US$4.100. Sementara Foreign Direct Investment (FDI) ke Vietnam naik 32% dari tahun sebelumnya US$ 36,6 di 2023.

"Investasi asing adalah 'uang melekat' yang menghasilkan lapangan kerja bagus dengan upah yang layak dan memungkinkan jutaan orang Vietnam meningkatkan kualitas hidup mereka," tambah Ho lagi.

"Lebih banyak hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan dampak produktivitas dari penanaman modal asing, melalui kolaborasi yang lebih erat antara perusahaan asing dan perusahaan domestik," ujarnya.

"Resesi global yang berkepanjangan juga dapat berdampak pada permintaan konsumen di pasar negara maju, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi sektor manufaktur dan ekspor Vietnam ... Dibutuhkan banyak hal untuk menggagalkan negara ini dari jalur pertumbuhannya saat ini," jelasnya lagi menyinggung kemungkinan risiko yang juga bakal dihadapi.


(sef/sef) Next Article Video: Jaga Pasokan, RI Siap Tambah Impor Beras 1 Juta Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular