
Terungkap! Ternyata Ini Alasan RI Jarang Impor Beras dari Kamboja

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia telah tercatat melakukan impor beras dari berbagai negara, salah satunya Thailand dan Vietnam. Tahun lalu, untuk pertama kali setelah lebih dari satu dekade, RI juga mengimpor beras asal Kamboja.
Padahal Indonesia pertama kali menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja pada tahun 2012, namun baru diimplementasikan melalui impor perdana dengan jumlah total 15 ribu ton beras pada 2023 lalu.
Bicara soal peluang perluasan pasar impor beras Kamboja ke Indonesia, Duta Besar (Dubes) RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto mengatakan peluangnya sebenarnya sangat bagus, meski ada beberapa faktor yang masih menjadi persoalan.
"Sebenarnya peluangnya bagus sekali ya," ungkap Santo saat ditemui ²©²ÊÍøÕ¾ di Jakarta pada Selasa (27/2/2024).
Santo menyebut dalam 8 tahun terakhir, Kamboja telah memenangkan penghargaan untuk beras terbaik di dunia (the best rice in the world) sebanyak lima kali. "So, five awards in the last 8 years kan artinya bagus ya," katanya.
Meskipun Kamboja memiliki stok beras yang cukup banyak, namun faktanya sulit bersaing dengan Vietnam dan Thailand untuk mengekspor ke Indonesia. Salah satu penyebabnya karena harga beras Kamboja jauh lebih mahal dibandingkan Vietnam dan Thailand.
"Nah, kita ingin lagi (impor beras). Sudah ada dari pihak kita tapi memang masih susah karena beras Kamboja secara umum harganya lebih mahal dibandingkan harga beras lain, seperti Thailand dan Vietnam," tuturnya.
Santo menekankan harga beras sendiri dapat dikatrol naik-turun jika kedua belah pihak melakukan kemungkinan kerja sama yang lebih ekstensif atau menjangkau secara luas ke berbagai bagian.
"Kalau kita belinya cuma fokus di dagang aja, kemungkinan ya akan seperti itu saja (harganya)," katanya.
![]() Pekerja menyiapkan beras di Kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Selasa, (27/2/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki) |
"Tapi kalau kita fokusnya pada kemungkinan kerja sama yang jangka panjang, investasi, mungkin kan itu membuka kesempatan untuk Indonesia membeli harga beras Kamboja dengan harga yang lebih kompetitif. Nah itu yang menjadi pertimbangan," sebutnya.
Lebih lanjut Santo menekankan potensi untuk meningkatkan kerja sama Kamboja-Indonesia melalui peningkatan yang tidak fokus kepada jual-beli.
"(RI harus) fokus kepada kemungkinan capacity-building (peningkatan kapasitas), kemungkinan investasi rice mill (penggilingan padi), storage, dan juga diproduksi beras di Kamboja ataupun kemungkinan Indonesia untuk melakukan countertrade (imbal dagang) dengan Kamboja untuk produk-produk tertentu yang diperlukan Kamboja. Nah hal tersebut yang perlu kita eksplore bersama-sama demi untuk meningkatkan kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja," jelasnya
Harga Beras Kamboja dan Beras Premium
Santo juga menjelaskan bahwa harga beras di Kamboja bervariasi, tetapi ia menyebut sebagai contoh harga beras di Kamboja berkisar US$100 per ton lebih mahal dari harga beras yang ditawarkan oleh Thailand dan Vietnam.
"Dengan harga segitu lumayan ya kalau belinya ribuan ton. Pada saat yang sama, Indonesia tidak hanya beli beras dari Thailand dan Vietnam juga ya, juga beli dari sumber lain," sebutnya.
Dengan kondisi seperti ini, Santo pun menyebut pihaknya beberapa kali berusaha mengarahkan kepada pihak-pihak di Kamboja untuk fokus pada ekspor beras premium yang memang sudah dikenal dengan harga yang tinggi.
"Mungkin itu akan ada peminatnya di Indonesia. Jadi tidak jual beras yang sifatnya reguler, adjustment rice, tetapi juga yang premium. Mungkin ini bisa menjadi ketertarikan sendiri bagi Indonesia," tandasnya.
(tfa/wur) Next Article Kamboja Pemasok Baru Beras ke RI, Siap Kirim 1 Juta Ton