Update Konser Maut Moskow, Korban Terbaru-3 Negara 'Kambing Hitam'
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Jumlah korban tewas terakhir akibat serangan teroris di gedung konser Moskow terus bertambah. Terbaru, otoritas Rusia menyatakan korban tewas telah mencapai 143 jiwa.
Komite investigasi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 84 mayat sejauh ini telah diidentifikasi.
Sebelumnya, Baza, saluran Telegram yang memiliki hubungan dengan dinas keamanan Rusia, melaporkan bahwa 95 orang yang tidak termasuk dalam 120 nama dalam daftar resmi korban belum ditemukan setelah penembakan pekan lalu di Balai Kota Crocus. Kerabat mereka tidak dapat menjalin kontak dengan mereka sejak serangan hari Jumat.
Belum jelas apakah 84 jenazah yang diidentifikasi termasuk yang terdaftar dalam daftar resmi.
Banyak dari korban diyakini meninggal akibat menghirup asap setelah penyerang membakar gedung, yang juga menyebabkan atap runtuh.
ISIS telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang merupakan serangan paling mematikan di Eropa dan paling mematikan oleh kelompok mana pun di Rusia sejak pengepungan sekolah di Beslan tahun 2004.
Kebakaran dan runtuhnya atap membuat beberapa jenazah korban tidak dapat dikenali, kata seorang sumber di layanan darurat Rusia kepada outlet Telegram 112.
"Dalam banyak kasus, hanya potongan jenazah yang tersisa," kata mereka, sebagaimana dikutip The Guardian.
Pasca serangan itu, beberapa warga Rusia berusaha melacak kerabat mereka yang hilang melalui media sosial.
"Saya mohon, tolong bantu saya menemukan informasi apapun. Ada banyak dari kami, kami melihat semua daftarnya dan pergi ke rumah sakit," tulis Luydmila Sitkikova, yang sedang mencari orang tuanya, di platform VK.
Tuduhan Putin
Pada Selasa, para pejabat senior Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin memberikan indikasi paling jelas bahwa Moskow berencana untuk menyalahkan Ukraina dan negara-negara barat atas serangan tersebut, meskipun ada bukti bahwa ISIS di Provinsi Khorasan (ISKP), yang merupakan cabang kelompok teroris di Afghanistan, bertanggung jawab.
"Kami percaya bahwa tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal itu sendiri dan difasilitasi oleh dinas khusus barat," kata Alexander Bortnikov, direktur Dinas Keamanan Federal (FSB). "Dinas khusus Ukraina berhubungan langsung dengan hal ini."
Dia mengeklaim bahwa Kyiv telah membantu mempersiapkan para militan di lokasi yang tidak diketahui identitasnya di Timur Tengah.
Ketika ditanya oleh wartawan Rusia apakah Ukraina dan sekutunya, AS dan Inggris, terlibat, Bortnikov mengatakan: "Kami pikir itulah masalahnya."
Kata-katanya juga disampaikan oleh Nikolai Patrushev, sekretaris dewan keamanan Rusia dan sekutu dekat Putin, yang mengatakan bahwa Ukraina "tentu saja" berada di balik serangan itu.
Meski menyalahkan pihak barat, Bortnikov mengakui bahwa AS awal bulan ini telah menyampaikan informasi kepada Rusia tentang kemungkinan serangan teroris yang sedang dipersiapkan di negara tersebut.
"Informasi [yang disampaikan oleh AS] tentang persiapan aksi teroris di tempat-tempat berkumpulnya warga bersifat umum; Kami bereaksi terhadap informasi ini," katanya.
Sementara itu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko tampaknya bertentangan dengan klaim Putin bahwa para tersangka berencana untuk menyeberang ke Ukraina di mana, menurut dugaan Putin, "pihak Ukraina" telah "menyiapkan jendela" bagi mereka sebelum mereka tiba. ditangkap .
Lukashenko mengatakan bahwa para penyerang awalnya bermaksud memasuki Belarusia daripada Ukraina, tetapi terpaksa beralih ke Ukraina setelah pihak berwenang Belarusia dengan cepat mendirikan pos pemeriksaan di perbatasan.
"Itulah mengapa mereka tidak bisa masuk ke Belarusia. Mereka melihat hal itu, jadi mereka berbalik dan pergi ke daerah perbatasan Ukraina-Rusia," katanya seperti dikutip kantor berita negara BelTA.
Respons Ukraina
Ukraina membantah terlibat dalam serangan itu dan menyatakan tidak ada bukti keterlibatan Kyiv atau negara Barat.
Para pejabat di Kyiv juga menertawakan klaim bahwa para penyerang berencana melarikan diri ke Ukraina, dengan menunjuk pada fakta bahwa daerah perbatasan penuh dengan militer Rusia, termasuk pasukan khusus.
"Untuk menyatakan bahwa para tersangka sedang menuju ke Ukraina, hal itu menunjukkan bahwa mereka bodoh atau ingin bunuh diri," kata Andriy Yusov, juru bicara direktorat intelijen militer Ukraina, kepada BBC.
Pihak berwenang Rusia mengatakan orang-orang itu ditangkap di wilayah selatan Bryansk, yang berbatasan dengan Ukraina dan Belarusia.
Retorika resmi mengenai dugaan keterlibatan Ukraina dan Barat disertai dengan kampanye media pemerintah yang terkoordinasi.
Argumenti i Fakti, sebuah majalah milik pemerintah Moskow, menerbitkan berita di halaman depan pada Rabu yang berbunyi: "Kami mengetahui arsitek serangan teroris Crocus. Dan siapa yang mengaturnya. Semoga mereka terbakar di neraka. Semua yang berhubungan dengan ISIS adalah sampah." Artikel tersebut disertai foto Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Joe Biden, dan Rishi Sunak.
Di sisi lain, negara-negara Barat mengecam Moskow karena menuduhnya terlibat dalam serangan itu.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, pada Selasa menulis dalam sebuah unggahan di X: "Klaim Rusia mengenai barat dan Ukraina mengenai serangan Balai Kota Crocus adalah omong kosong belaka."
(luc/luc)