
Tak Hanya Konflik Iran-Israel, RI Juga Terancam 5 Risiko Global Ini

Jakarta, CNCB Indonesia - Indonesia tengah dibayangi oleh ketidakpastian global akibat ketegangan Israel dan Iran. Hal ini mendorong capital outflow dari emerging market, termasuk Indonesia, seiring investor yang mencari aset safe haven.
Hingga saat ini, ketegangan di Timur Tengah ini belum juga usai. Dana asing pun terus terbang dari Tanah Air. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dana asing keluar hingga Rp21,46 triliun hanya dalam waktu tiga hari, yakni di rentang 16-18 April 2024.
Transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp21,46 triliun terdiri dari jual neto Rp9,79 triliun di pasar SBN, jual neto Rp3,67 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp8,00 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Namun, tidak hanya Iran dan Israel yang menjadi ancaman RI.Â
Associate Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Asmiati Malik mengingatkan bahwa risiko global tidak hanya soal Israel dan Iran. Ada setidaknya lima risiko global yang mungkin terjadi.
Pertama, Pada November 2024 mendatang, akan ada pemilihan presiden (Pilpres) USA. Asmiati menilai Pilpres USA penting karena secara politik ekonomi internasional bahwa rezim foreign policy international tidak akan berubah signifikan selama tidak adanya perubahan siapa pemimpin utama di USA.
"Joe Biden atau Donald Trump kembali yang terpilih, masing-masing akan memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Jadi USA merupakan high dominant power, oleh karena itu, siapapun presidennya akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan foreign policy," ujarnya.
Menurutnya, Intelligent Economist Analyst menyebut jika Donald Trump yang terpilih maka kemungkinan besar eskalasi perang akan luarbiasa. Namun, ada pandangan lain bahwa kebijakan ekonomi Trump cenderung ''inside", tidak tertarik pada foreign policy perspective.
Jika Joe Biden terplih, maka tidak akan terjadi perubahan signifikan terhadap kebijakan luar negeri dan keberpihakan AS. Dengan demikian, keinginan mempertahankan poros AS-Israel akan terus berlanjut. Maka dia meyakini perang Israel vs Iran-Palestina akan terus terjadi.
Kedua, cuaca ekstrem dengan high probability yang medium tetapi impact akan tinggi.
"Cuaca ekstrem sudah terjadi el nino di Indonesia, tapi akan terjadi medium high probability dan impactnya akan besar," tegasnya.
Ketiga adalah perang yang statusnya dalam skala medium, tetapi miliki high impact akan terjadi, seperti konflik Israel vs Hamas dan Rusia vs Ukraine.
"Medium high impact karena kita sebenarnya sudah punya waktu untuk adjust. Eropa sudah punya strategi policy alternative baru bagaimana mereka mencari sumber gas atau minyak baru," kata Asmiati.
Keempat adalah Green Technology Subsidy. Upaya mencapai zero emission mendorong Eropa dan AS bersaing untuk penerapan teknologi hijau (green technology). Persaingan teknologi green technology terjadi antara AS vs China vs Uni Eropa.
"China akan berada di tengah-tengah. Indonesia harus masuk dalam pusaran persaingan tersebut jika tidak ingin menjadi negara end user saja," ungkapnya.
Kelima, risiko China menginvasi Taiwan. Asmiati mengingatkan di balik Taiwan ada proxy war Jepang dan AS, sementara Indonesia akan mendapat spill over dari perang tersebut.
(haa/haa) Next Article Video: Iran Eksekusi Intel Mossad, Ini Informasi Rahasianya!