Nah! Begini Efek Kartu Prakerja Atasi Pengangguran Gen Z
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Program Kartu Prakerja yang diinisiasi Presiden Joko Widodo saat periode kedua kepemimpinannya diklaim mampu mengurangi jumlah penduduk usia muda atau Gen Z yang sedang tidak sekolah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan (Not in Employment, Education, and Training/NEET).
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengungkapkan, pengurangan itu bisa dibuktikan dari turunnya angka NEET pada Agustus 2020 atau saat merebaknya Pandemi Covid-19 dengan data per tahun ini yang paling terbaru, yaitu pada Februari 2024.
Pada Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dari 44,08 juta anak muda (usia 15 - 24 tahun) di Indonesia pada Agustus 2020, sebanyak 24,28 persennya tergolong NEET atau tidak bersekolah, tidak bekerja, juga tidak sedang mengikuti pelatihan atau setara 10,7 juta.
Sementara itu, pada Februari 2024 jumlahnya menjadi hanya 19,3% atau setara dengan 8,5 juta anak muda. Dibanding data Agustus 2023 sendiri pun sebetulnya juga sudah turun sedikit dibanding Agustus 2020, sebab saat itu jumlahnya 9,89 juta orang atau setara 22,25% dari total anak muda saat itu 44,47 juta orang.
"Jadi ini terjadi penurunan terus menerus. Kalau saya katakan secara langsung pra kerja sediakan pelatihan dan pelatihannya atau beasiswanya bisa dilakukan dalam setahun, sehingga ketika disurvei harusnya adalah begitu banyak anak muda yang sedang in training," kata Denni dalam program Power Lunch ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Rabu (22/5/2024)
Meski begitu, Denni menekankan program Prakerja tentu tidak secara otomatis bisa mengurangi angka anak muda yang tidak sedang bekerja dan sedang menempuh pendidikan atau not in employment and education, karena sifat dari programnya yang hanya menyasar masyarakat yang tidak sedang dalam pelatihan atau not in training.
"Itu saya harus kata beyond apa yang dilakukan pra kerja karena pra kerja adalah pelatihan vokasi bukan pendidikan vokasi, sedangkan untuk pendidikan tentu saja itu ada di dunia pendidikan," tegas Denni.
"Tapi intinya adalah kolaborasi antara sektor, antar program, koherensi kita bisa sama-sama kurangi NEET dengan lebih agresif dibanding 1 percentage poin sebagaimana yang kita lakukan bulan Februari tahun ini dengan tahun lalu," ungkapnya.
Sebagai informasi program Prakerja yang diluncurkan Presiden Joko Widodo sejak 2020 hingga 2023 telah menyerap 17,5 juta orang. 84% peserta ikut Prakerja karena ingin meningkatkan keterampilan. Program pelatihan terfavorit peserta adalah pelatihan bidang pemasaran, talent acquisition atau HR, lalu administrasi dan tata usaha, perawatan mesin dan elektronik, desain grafis, hingga IT.
Denni menekankan, program ini seharusnya akan dilanjutkan oleh pemerintahan presiden mendatang pengganti Presiden Joko Widodo yang sudah dua kali menjabat. Presiden terpilih untuk periode 2024-2029 ialah Prabowo Subianto. Sebab, investasi dalam membangun program ini selama empat tahun menurutnya sudah sangat besar.
"Tapi sekali lagi ini bukan keputusan saya, ini keputusan pemerintah yang akan datang yang selanjutnya, tentu saja saya tugasnya membangun fondasi karena Prakerja lahir saat masa pandemi dan umurnya baru jalan empat tahun pasti banyak yang bisa ditingkatkan ke depan," tutur Denni.
Program ini dianggap sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia bila melihat angkat NEET yang tinggi. Selain itu, Indonesia kata dia juga akan menghadapi puncak bonus demografi pada 2030 mendatang, sehingga bila masyarakat muda tidak bisa mendapatkan pelatihan atau peningkatan keterampilan maka akan semakin sulit masuk dunia kerja.
"Jadi kalau saya sih berpikir daripada kita reinventing the wheel, experimenting here and there kita akan kehabisan waktu, sementara puncak bonus demografi akan datang mungkin paling cepat tahun depan paling lambat 2030, jadi menurut saya harus akselerasi terus," tuturnya.
(haa/haa)