²©²ÊÍøÕ¾

Destry Damayanti Blak-blakan Soal 'Ramuan' Kebijakan BI

Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
03 June 2024 12:56
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti (²©²ÊÍøÕ¾/Wahyu Daniel)
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti (²©²ÊÍøÕ¾/Wahyu Daniel)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Calon tunggal Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti mengungkapkan strategi bauran kebijakan Bank Indonesia atau BI dalam fit and proper test di Komisi XI, DPR, Senin (3/5/2024).

Dalam presentasinya, Destry mengatakan ada tiga game changer dalam bauran kebijakan BI. Tiga game changer tersebut adalah pengembangan pasar uang dan valas, digitalisasi sistem pembayaran dan inklusi keuangan, termasuk keuangan syarah.

"Kita lihat game changer pengembang pasar uang valas dalam mendukung pembiayaan ekonomi. Dari data kita lihat pasar uang dan valas kita ini dibandingkan negara lain masih relatif dangkal," papar Destry.

Dari data BI, dia mengungkapkan transaksi repo dan call money (pinjaman jangka pendek) Indonesia mengalami pertumbuhan cukup signifikan dalam 2 tahun. Ini terjadi setelah BI melakukan kebijakan untuk mendorong pasar uang valas. Alhasil, rata-rata transaksi harian di pasar valas meningkat tajam. Namun, dia menegaskan BI tak bisa puas begitu saja

"Dibandingkan negara lain posisi kita ini masih rendah contoh untuk transaksi derivatif dengan negera peers masih 44% dari total (transaksi)," ujarnya.

Dia mencontohkan transaksi derivatif valas di negara tetangga Malaysia sudah mencapai 80%. Oleh karena itu, Destry meyakini penguatan dan pendalaman pasar uang dan valas ini sangat diperlukan dalam rangka memperkuat transmisi kebijakan moneter, khususnya lewat suku bunga dan nilai tukar.

Upaya ini juga dilakukan dengan menciptakan pasar uang yang dalam sehingga bisa dicapai suatu dasar pembentukan bagi suku bunga atau lindung nilai jangka panjang yang terlihat dari suku bunga kredit yield dan harga derivatif, serta nilai tukar sebagai instrumen hedging.

"Ini sangat dibutuhkan dalam pembiayaan sektor riil jangka pendek panjang," tegas Destry.

Strategi LCT

Destry pun mengatakan BI berkomitmen untuk terus berusaha penguatan dalam kebijakan kita di pendalaman pasar uang dan valas. Ini ditunjukkan melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Blueprint ini terdiri dari 3 pilar, yaitu digitalisasi, penguatan infrastruktur pasar keuangan dan penguatan efektivitas kebijakan moneter, serta sinergi pembiayaan pembangunan.

Terkait dengan pendalaman pasar keuangan, Destry juga mengungkapkan Local Currency Transaction (LCT). LCT adalah mekanisme transaksi bilateral antara pelaku dengan mitra, menggunakan mata uang setempat dalam bertransaksi. Strategi ini juga diakui BI dipakai untuk mendorong pendalaman pasar keuangan.

"Kenapa ini sangat strategis karena kita lihat dari transaksi perdagangan atau investasi kita mayoritas gunakan dolar AS, contoh impor kita dari Amerika hanya 5%, tapi penggunaan dolar AS dalam impor kita 80% dari total value impor," kata Destry.

Melihat kenyataan ini, BI memulai LCT sejak 2018. LCT ini dimulai melalui kerja sama dengan Thailand dan Malaysia. Kemudian, LCT diperluas ke Jepang, China hingga sekarang sudah dimulai dengan Singapura dan Korea Selatan, serta UAE.

Strategi ini, kata Destry, akan terus dikembangkan kepada mitra dagang yang punya eksposur tinggi dengan Indonesia dan sebaliknya. Destry melaporkan penggunaan LCT telah tumbuh tajam sejak 2021 hingga saat ini.

"Jumlah pelaku LCT atau LCT itu terus meningkat kalau 2021 baru 536 eksportir sekarang sudah posisi di April 2024 sudah 3.537 ekspor importir," ujarnya.

Game Changer II & III

Lebih lanjut, terkait dengan game changer kedua, Destry mengatakan ekonomi dan keuangan Indonesia memiliki potensi digital yamng tinggi. Ini dibarengi dengan jumlah penduduk mudah yang mendominasi 70% populasi usia produktif Indonesia. Di sisi lain, pengguna Internet Indonesia merupakan yang terbanyak keempat dan jumlah unicorn di Indonesia terus tumbuh signifikan. Potensi ini menjadi penopang sistem pembayaran.

"Sistem pembayaran merupakan backbone karena semua transaksi digital," ungkapnya. Salah upaya BI adalah pengembangan QRIS yang telah diperluas hingga cross-border.

Dari data BI, volume transaksi digital terus meningkat di bulan April sudah 1,7 miliar transaksi per bulan dengan jumlah Rp 5.341 triliun. Khusus QRIS, Destry mengatakan

pengguna sudah hampir 50 juta orang. BI menargetkan jumlah pengguna bisa mencapai 55 juta.

Adapun, jumlah merchant mencapai 32 juta. Dari total tersebut, 92% merupakan UMKM.

"Jadi tujuan QRIS ini untuk buka akses keuangan dan inklusif untuk UMKM dan mereka yang berpenghasilan menengah bawah," ujar Destry.

Game changer ketiga, kata Destry, adalah kebijakan makroprudenial yang akomodatif dan progrowth. Dalam game changer ini, BI mendorong penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) melalui perluasan sektor penerima yang memiliki daya ungkit tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga pertumbuhan kredit tetap tinggi.

"KLM ini adalah tambahan sektor pendukung ekonomi yaitu masuk otomotif, perdagangan dan masuk ke listrik, gas, air, jasa, sosial. Karena adanya perluasan dari sektor ini maka jumlah tambahan KLM itu akan meningkat jadi Rp 246 triliun atau 3,4% dari DPK di akhir 2024," kata Destry.

Saat ini, insentif yang digunakan bank mencapai Rp 165 triliun. Nilai ini baru 2,27% dari DPR sehingga BI memperkirakan ada tambahan likuiditas Rp81 triliun hingga akhir tahun dengan perluasan KLM tersebut.

"Itulah 3 game changer yang akan respon apa yang terjadi dengan kondisi ekonomi kita. Seperti yang saya sampaikan tantangan makin tinggi dan kompleks. Oleh karena itu, BI tak bisa kerja sendiri BI harus sinergi untuk dukung Indonesia Maju," tegasnya.


(haa/haa) Next Article Video: QRIS Dulu Sempat Tak Populer, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular