²©²ÊÍøÕ¾

Ternyata Ini Sederet Biang Kerok Penjualan Mobil RI Masih Tiarap

Damiana, ²©²ÊÍøÕ¾
12 June 2024 19:20
Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 15-25 Februari. (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 15-25 Februari. (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Daftar Isi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lonjakan harga pangan dan kebutuhan pokok ternyata berdampak ke penjualan mobil di dalam negeri. Pendapatan kelompok menengah di Indonesia secara signifikan tergerus akibat kenaikan biaya-biaya kebutuhan pokok tersebut.

"Belum lagi, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (pada April 2024 jadi 6,25% atau naik 25 basis poin) untuk menekan inflasi. Hal ini menyebabkan cicilan kredit, termasuk kredit mobil dan rumah, menjadi lebih mahal," kata Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (12/5/2024).

"Ketidakpastian ekonomi global dan domestik di fase pergantian kepemimpinan nasional saat ini juga membuat konsumen middle-income menunda pembelian, termasuk pembelian mobil dan properti," tambahnya.

Hal ini menyebabkan penjualan mobil di dalam negeri belum mampu bangkit melampaui capaian tahun 2023.

Kinerja Pasar Mobil RI

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil secara wholesale (pabrikan ke dealer) pada periode Januari-Mei 2024 masih lebih rendah sekitar 21%, tercatat hanya 334.969 unit. Pada periode sama tahun 2023 jumlahnya tercatat mencapai 423.771 unit.

Secara ritel (dealer ke konsumen), penjualan pada periode Januari-Mei 2024 juga masih terkoreksi sekitar 14,4% menjadi 361.698 unit dibandingkan periode sama tahun 2023 yang mencapai 422.514 unit.

Di bulan Mei 2024, tercatat penjualan mobil nasional secara wholesale masih anjlok 13,3% menjadi 71.263 unit dibandingkan Mei 2023 yang tercatat di 82.189 unit. Dan secara ritel turun 12,6% menjadi 72.137 unit dibandingkan Mei 2023 yang mencapai 82.560 unit.

Secara bulanan, memang penjualan bulan Mei 2024 naik 46,5% secara wholesale dibandingkan April 2024 yang mencatat 48.637 unit. Dan naik 22,7% secara ritel dari posisi April 2024 yang sebanyak 56.788 unit.

Lebih rinci, mengutip data yang dirilis PT Astra International Tbk, penjualan mobil nasional secara bulan ke bulan sejak awal 2024 di bawah capaian tahun 2023. Penjualan sejak Januari hingga Mei 2024 belum pernah menembus angka 75.000 unit, dan posisi terendah tercatat di 48.637 unit pada bulan April 2024.

Sementara di Januari hingga Mei 2023, penjualannya selalu di atas 80.000 unit, kecuali di April 2023 yang tercatat hanya 58.981 unit. Dan penjualan tertinggi mencapai 101.272 unit pada Maret 2023.

Sinyal Penjualan LCGC

Secara khusus, penjualan mobil terjangkau ramah lingkungan (low cost and green car/ LCGC) juga terpantau lebih rendah dibandingkan tahun 2023. Sejak Januari hingga Mei 2024, penjualan bulanan LCGC selalu di bawah 17 ribu unit, terendah di bulan April yang hanya 9.743 unit.

Sedangkan di Januari hingga Mei 2023, penjualan LCGC terendah tercatat 9.987 unit di bulan April, pada Januari dan Maret tembus 20 ribu unit, sementara Februari dan Mei di atas 16.000 unit.

Penjualan LCGC Januari-Mei 2024 tercatat sebanyak 74.391 unit, dibandingkan periode sama tahun 2023 yang mencapai 84.136 unit.

"Ada indikasi bahwa Indonesia mengalami penurunan daya beli. Khususnya pada segmen masyarakat middle-income dan lower-middle income yang mewakili sekitar 20 juta captive market mobil LCGC yang menjadi varian mobil terbanyak di Indonesia," kata Yannes.

"Daya beli masyarakat middle-income di Indonesia melemah akibat kenaikan harga kredit barang dan jasa secara umum, termasuk bahan makanan dan kebutuhan pokok, secara signifikan menggerus daya beli," ujarnya.

Baby Boomers Vs Gen Z

Di sisi lain, lanjut Yannes, ada kecenderungan pola konsumsi generasi Z yang lebih mengutamakan pengalaman gaya hidup daripada belanja barang, baik mobil maupun properti.

"Ada peralihan dari generasi baby boomers ke generasi milenial, dan dalam proses ini mulai terjadi peralihan ke generasi Z. Generasi Z cenderung lebih memilih mengalokasikan pendapatan mereka untuk pengalaman dan gaya hidup dibandingkan membeli barang," jelas Yannes.

"Pergeseran tren konsumen pun tak bisa diabaikan. Generasi Milenial dan Generasi Z memiliki preferensi yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka enggan diidentikkan dengan generasi lama, dan merek Jepang yang selama ini identik dengan generasi baby boomers dan silent generation tampaknya perlu mencari cara untuk menarik minat generasi baru buyers ini," pungkasnya.


(dce/dce) Next Article Penjualan Mobil Lesu, LCGC Malah Laris, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular