
Sebut-Sebut Tapera, Bos Pengusaha Mal Ingatkan Hal Ini Ancam Daya Beli

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja meminta pemerintah tak membuat kebijakan-kebijakan yang justru mengikis daya beli masyarakat. Terutama, karena saat ini sektor-sektor bisnis, yaitu pusat perbelanjaan (mal) sedang berusaha bangkit.
Menurut Alphonzus, pengusaha ritel modern di dalam negeri, terutama sejak Pandemi Covir-19, mengalami tekanan yang berat. Akibatnya, satu per satu gerai/ toko ritel modern ditutup. Bahkan, beberapa diantaranya harus menutup permanen jaringan toko ritelnya.
Namun, imbuh dia, saat ini sudah mulai ada perbaikan.
"Kondisi usaha pusat perbelanjaan saat ini sudah mulai meningkat kembali sejak menderita cukup berat selama masa pandemi Covid-19," kata Alphonzus kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (3/7/2024).
Hal itu, ujarnya, terlihat dari berbagai indikator yang memberikan sinyal positif.
"Rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan sudah lebih dari 100% dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Rata-rata tingkat okupansi telah mencapai lebih dari 80% dibandingkan pada saat pandemi Covic-19 yang hanya berkisar 70% saja," paparnya.
"Rata-rata durasi kunjungan ke pusat perbelanjaan juga sudah berkisar 2 - 3 jam, yang mana sebelumnya selama pandemi Covid-19 kurang dari satu jam," tambah Alphonsuz.
Karena itu, dia berharap tekanan yang memberatkan daya beli masyarakat bisa berkurang.
"Pelemahan daya beli yang terjadi saat ini lebih dirasakan di kalangan masyarakat kelas menengah bawah," sebutnya.
"Oleh karenanya diharapkan pemerintah menghindari membuat kebijakan yang berpotensi memperburuk daya beli masyarakat kelas menengah bawah. Seperti Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), kenaikan PPN dari 11% menjadi 12%, dan kebijakan lainnya yang berpotensi semakin melemahkan daya beli masyarakat terutama kelas menengah bawah," tukasnya.
Di sisi lain, Alphonsuz juga mengimbau pelaku di industri ini tak abai dengan perubahan yang terjadi di pasar.
Sebab, ucapnya, masyarakat, terutama yang ada di kota-kota besar sangat dipengaruhi tren gaya hidup yang semakin menuntut pengalaman berbelanja.
"Peritel ataupun toko yang tidak mampu merespons perubahan tren gaya berbelanja masyarakat, terutama di kota-kota besar, maka akan bersaing dan berhadapan langsung dengan ecommerce (online shopping) yang secara perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya," pungkas Alphonsuz.
(dce/dce) Next Article Video: Bukan Tapera, Ahli Ungkap Cara Penuhi Kebutuhan Rumah Murah