²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Xi Jinping Tiba-Tiba Beri Pesan Ini ke Dunia, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
04 July 2024 16:55
Presiden China, Xi Jinping. (Tingshu Wang/Pool Photo via AP)
Foto: Presiden China, Xi Jinping. (Tingshu Wang/Pool Photo via AP)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden China Xi Jinping muncul dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), Kamis (4/7/2024). Di forum dunia itu, ia tiba-tiba memberi pesan ke negara-negara dunia.

Xi meminta semua negara menolak campur tangan pihak asing alias eksternal dalam urusannya. Ia pun menyebut, dunia kini berada di "persimpangan jalan".

"Kita harus bergandengan tangan untuk melawan campur tangan eksternal, dengan tegas mendukung satu sama lain, memperhatikan kepentingan satu sama lain," kata Xi dalam pertemuan puncak (SCO) di ibu kota Kazakhstan, Astana.

"Dengan tegas mengendalikan masa depan dan nasib negara kita serta perdamaian dan pembangunan regional di tangan kita sendiri," ujarnya.

"Dunia kembali berada di persimpangan jalan," tegasnya.

Xi mengatakan kepada para pemimpin dunia bahwa hak masing-masingn negara untuk menjaga pembangunannya. Termasuk mematuhi inklusivitas, bersama-sama mempromosikan inovasi teknologi, menjaga stabilitas dan kelancaran rantai industri dan pasokan, dan menstimulasi kekuatan endogen perekonomian regional.

"Mendorong realisasi tujuan pembangunan bersama," katanya.

Pernyataan Xi muncul kala negeri itu semakin panas dengan Barat. Baru-baru ini misalnya, China tiba-tiba menyerukan agar negara-negara dunia menentang upaya "decoupling".

Ini terkait pemisahan yang sedang dilakukan Barat ke China, salah satunya dengan memindahkan pabrik-pabrik dari negara itu. Pernyataan disampaikan langsung Perdana Menteri (PM) Li Qiang.

"Kita harus membuka pikiran kita secara luas, bekerja sama secara erat, meninggalkan formasi kamp, (dan) menentang decoupling," kata Li Qiang, pemimpin kedua tertinggi China, yang ditugaskan Presiden Xi Jinping mengelola urusan ekonomi, dikutip AFP.

Menurut Li, saat ini industri di China memang berkembang pesat. Ini karena keunggulan komparatif Tiongkok yang unik.

Dia mendesak "stabilitas dan kelancaran operasi" rantai pasokan. Termasuk "liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi".

Sebenarnya kekhawatiran decoupling dari China oleh negara Barat muncul setelah selama beberapa tahun terakhir kedua belah pihak berbenturan dalam sejumlah masalah. Di antaranya perdagangan dan teknologi.

Bulan lalu misalnya, AS menaikkan tarif impor senilai US$18 miliar dari negara tersebut, menargetkan sektor-sektor strategis seperti kendaraan listrik, baterai, baja dan mineral penting. Hal ini sebuah langkah yang diperingatkan oleh Beijing akan "sangat mempengaruhi hubungan antara kedua negara adidaya tersebut".

China juga menghadapi pengawasan ketat dari Uni Eropa (UE). Di mana negara itu bersiap mengenakan tarif hingga 38% pada kendaraan listriknya pada tanggal 4 Juli dengan alasan kekhawatiran atas persaingan tidak sehat yang disebabkan oleh besarnya subsidi negara.

Bea masuk tersebut akan bersifat sementara hingga bulan November. Namun nantinya akan diberlakukan secara penuh.

Sebelumnya, SCO sendiri adalah pertemuan yang mencakup wilayah yang luas mulai dari Moskow hingga Beijing. Kelompok ini terdiri dari Kazakhstan, India, China, Kyrgyzstan, Pakistan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, Iran serta Belarus.


(sef/sef) Next Article Xi Bongkar Kelemahan China Hingga PTFI Diminta Bangun Smelter Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular