²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

AS Taruh Rudal Mematikan di Jerman, Rusia Ngamuk-Sebut Ngajak Perang

luc, ²©²ÊÍøÕ¾
12 July 2024 05:16
Dalam selebaran yang dirilis oleh Angkatan Laut A.S. ini, kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut A.S. USS Barry (DDG 52) meluncurkan rudal jelajah Tomahawk untuk mendukung Operasi Odyssey Dawn 29 Maret 2011 dari Laut Mediterania. Menanggapi dugaan bahan kimia serangan senjata terhadap rakyatnya sendiri oleh rezim Suriah USS Mahan, USS Barry, USS Ramage, dan USS Gravely, semua kapal perusak kelas Arleigh Burke yang membawa rudal serangan darat Tomahawk, sedang dalam perjalanan atau berada di posisi di Mediterania timur untuk kemungkinan serangan terhadap aset militer Suriah pada 28 Agustus 2013. (File Foto - U.S. Navy via Getty Images)
Foto: Dalam selebaran yang dirilis oleh Angkatan Laut A.S. ini, kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut A.S. USS Barry (DDG 52) meluncurkan rudal jelajah Tomahawk untuk mendukung Operasi Odyssey Dawn 29 Maret 2011 dari Laut Mediterania. (File Foto - Getty Images/U.S. Navy)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rencana Amerika Serikat untuk menempatkan rudal jarak jauh di Jerman untuk pertama kalinya sejak era Perang Dingin telah memicu ketegangan diplomatik antara Washington dan Moskow. Kondisi itu pun langsung dibandingkan dengan krisis rudal di Eropa pada 1980-an.

Para ahli pengendalian senjata memperingatkan bahwa penempatan rudal ini di benua Eropa, setelah runtuhnya Perjanjian INF, dapat memicu perlombaan senjata baru.

Keputusan untuk menempatkan rudal non-nuklir Tomahawk, SM-6, dan hipersonik di Jerman mulai tahun 2026 disambut baik oleh Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang menyatakan bahwa langkah tersebut sesuai dengan strategi keamanan pemerintahannya. Namun, langkah ini juga menarik kritik tajam dengan kekhawatiran bahwa hal ini akan membuat Jerman lebih rentan terhadap serangan.

Kanselir Scholz menyatakan bahwa keputusan ini telah lama dipertimbangkan dan seharusnya tidak mengejutkan bagi mereka yang paham tentang kebijakan keamanan dan perdamaian. Namun, Moskow melihatnya dengan cara berbeda.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengeluarkan peringatan keras kepada Berlin, menegaskan bahwa Moskow akan merespons secara militer terhadap keputusan tersebut, yang dianggapnya bertujuan merusak keamanan Rusia dan tidak dapat dibiarkan tanpa tanggapan.

Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menyebut rencana ini sebagai "ancaman yang sangat serius" bagi Rusia, yang akan dianalisis secara cermat oleh Moskow. Dia menegaskan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah yang terkoordinasi dan efektif untuk mengendalikan NATO.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, membalas dengan mengatakan bahwa apa yang dikerahkan ke Jerman adalah kapabilitas pertahanan. "Gertakan Rusia tidak akan menghalangi kami untuk melakukan apa yang kami anggap perlu untuk menjaga aliansi sekuat mungkin," katanya, dilansir The Guardian, Jumat (12/7/2024).

Namun, dukungan di Jerman untuk langkah ini beragam. Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyatakan bahwa Jerman perlu mengembangkan visi jangka panjang yang tidak bergantung pada AS, meskipun perjanjian ini sejalan dengan upaya NATO untuk melindungi Ukraina dan menghalangi Rusia. Pistorius juga mendorong peningkatan anggaran pertahanan untuk jangka panjang.

Politikus oposisi Jerman, Sahra Wagenknecht, dari partai kiri jauh BSW, berargumen bahwa penempatan rudal serang di tanah Jerman tidak akan meningkatkan keamanan negara, tetapi justru meningkatkan risiko bahwa Jerman akan menjadi medan perang. Kritik serupa datang dari Dietmar Bartsch, juru bicara pertahanan partai Die Linke, yang memperingatkan perang persenjataan baru.

Sementara itu, partai sayap kanan populis AfD juga mengkritik langkah tersebut, dengan pemimpinnya, Tino Chrupalla, menyatakan bahwa kebijakan ini bisa menjadikan Jerman sebagai target bagi Rusia. Chrupalla memuji Presiden Hungaria, Viktor Orbán, yang menurutnya telah menunjukkan bagaimana kebijakan perdamaian yang berdaulat bekerja di Eropa.

Di sisi lain, Partai Hijau, bagian dari pemerintahan Scholz, menuntut kejelasan lebih lanjut mengenai rincian rencana tersebut, termasuk bagaimana pendanaannya. Dukungan untuk Scholz datang dari oposisi utama Christian Democrats, yang menyatakan bahwa penempatan Tomahawk di Jerman merupakan layanan untuk keamanan Jerman.

Ahli kebijakan internasional, Joachim Krause, berpendapat bahwa keberadaan rudal-rudal ini akan bertindak sebagai penangkal yang efektif, yang dapat meningkatkan keseimbangan militer yang menguntungkan NATO.

Ìý


(luc/luc) Next Article Berbau 'Perang Dingin', Armada Perang Rusia Tiba di Tetangga Dekat AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular