²©²ÊÍøÕ¾

Keajaiban China Sudah Meredup, Saatnya RI Cari Teman Baru?

M Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
16 July 2024 08:25
Joko Widodo bertemu Xi Jinping (Tangkapan layar Instagram @jokowi)
Foto: Joko Widodo bertemu Xi Jinping (Tangkapan layar Instagram @jokowi)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾-Surplus neraca perdagangan Indonesia terus menurun akibat melemahnya kinerja ekspor. Pelemahan ekonomi China yang menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia diduga menjadi salah satu pemicu pelemahan ini.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan pelemahan kinerja ekspor ini perlu mendapatkan perhatian serius. Dia mengatakan ada sejumlah negara tujuan ekspor lain yang patut dilirik oleh Indonesia, seperti India dan Amerika.

"Sekarang yang kita masih bisa kita andalkan dari sisi pertumbuhan ekspor yang masih cukup prospektif di antara negara mitra dagang utama adalah India dan Amerika," kata Faisal dikutip Selasa, (16/7/2024).

Sebelumnya, BPS mengumumkan ekspor Indonesia pada Juni 2024 sebesar US$ 20,84 miliar atau turun 6,65% dibandingkan Mei 2024. Neraca perdagangan memang masih mencatatkan surplus selama 50 bulan, namun angkanya terus menyusut.

Pada periode ini, China masih menjadi negara utama tujuan ekspor utama dengan porsi 23,71%. Tapi, nilai ekspor ke negara ini sebenarnya turun menjadi US$ 4,65 miliar dari sebelumnya US$ 4,73 miliar.

Di sisi lain, BPS jugamencatat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$ 1,97 miliar pada Juni 2024. Nilai ekspor nonmigas ke AS ini juga turun dibandingkan Mei 2024, yakni US$ 2,18 miliar. Adapun dengan India, Indonesia mencatatkan nilai ekspor US$ 1,84 miliar atau turun dibandingkan Mei yang sebesar US$ 1,95 miliar.

Faisal mengatakan opsi mendiversifikasi tujuan ekspor itu penting dilakukan di tengah melemahnya perekonomian China. Dia bilang saat ini impor China sudah terkontraksi, termasuk untuk impor yang berasal dari Indonesia.

"Ini bisa dilihat dari ekspor kita ke China mengalami penurunan baik CPO (Crude Palm Oil), batu bara, bahkan produk turunan nikel," katanya.

Faisal menilai dalam kondisi pelemahan harga komoditas, biasanya ekspor RI ke China masih terselamatkan oleh komoditas besi baja dan turunan nikel lainnya. Namun, penurunan ekspor ke China pada Juni ternyata juga meliputi pelemahan ekspor komoditas tersebut.

"Ini yang perlu jadi catatan, artinya kita perlu melihat opsi-opsi di luar China dan negara-negara mitra dagang utama kita," kata dia.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo menilai kinerja ekspor Indonesia yang melemah disebabkan salah satunya oleh perlambatan ekonomi China. Sebagaimana diketahui, perekonomian China melambat pada kuartal II-2024. Pertumbuhan ekonominya hanya tumbuh 4,7% secara tahunan (yoy), turun dari kuartal sebelumnya yang masih mampu tumbuh 5,3%.

"Kita pahami bahwa secara global, beberapa negara tujuan utama dari ekspor kita seperti China ini kan memang belum pulih," kata Banjaran.

Banjaran mengatakan, tren ini menjadi sinyal negatif untuk neraca perdagangan Indonesia ke depan. Jika ketergantungan perdagangan Indonesia ke China tidak mampu dikurangi, dia memprediksi neraca perdagangan ke depan akan semakin melemah seiring dengan pelemahan ekonomi China.

"Ke depannya memang kita belum bisa berharap terlalu banyak, bahwa dalam jangka waktu pendek perekonomian China ini akan kembali lagi," tutur Banjaran.


(rsa/mij) Next Article Dolar Melesat ke Rp15.900, Awas Subsidi BBM & Utang RI Bengkak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular