
Keramik RI Mati Suri Bukan Ulah China, Ini Analisanya!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾-Ekonom senior Faisal Basri mengungkapkan analisisnya mengenai penyebab industri keramik lokal saat ini seperti mati suri. Dia menilai penyebab itu bukan karena banjir impor dari China, namun permasalahan internal di Indonesia.
Faisal menyebut salah satu penyebabnya adalah industri dalam negeri tidak melakukan transformasi untuk produknya. Dia mengatakan produsen dalam negeri masih berkecimpung dalam produksi keramik merah yang relatif mudah rusak. Sementara, pasar membutuhkan keramik jenis porselen yang lebih mahal, namun kualitasnya bagus.
"Industri keramik Indonesia itu terlalu lama berkecimpung di keramik merah," kata dia dalam diskusi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bertajuk dampak penerapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) keramik, di Jakarta, Selasa, (16/7/2024).
Faisal menilai kondisi industri keramik itu mirip dengan sektor industri tekstil. Dia mengatakan industri tekstil Indonesia sebenarnya pernah berjaya dan menghasilkan produk berkualitas, bahkan memproduksi mesin tekstil.
Akan tetapi, banyak pabrik tidak melakukan revitalisasi untuk teknologinya. Akibatnya, kata dia, produk tekstil Indonesia kalah bersaing dengan negara lain.
"Nah inilah yang lambat transformasinya, seperti di tekstil. Dulu kan keren, Bangladesh dan Vietnam dulu belum ada apa-apanya, tapi kita gagal bertransformasi," kata dia.
Selain itu, Faisal mengatakan masalah internal lainnya ada pada ketersediaan gas bagi industri keramik. Dia mengatakan mahalnya harga gas dan distribusi gas yang tidak merata telah berdampak pada industri keramik di Indonesia.
Padahal, kata dia, ketersediaan gas merupakan faktor penting dalam industri ini. Sebab, pasokan gas yang tidak stabil saja dapat mempengaruhi kualitas produk keramik.
"Nah hambatan internalnya ini yang dibereskan," ujar dia.
Faisal menilai pemerintah harusnya lebih berfokus menyelesaikan masalah-masalah internal itu. Bukannya, menuding China yang telah membanjiri pasa Indonesia dengan keramik impor.
"Jadi masalah internal di industri, di internal kita, jangan salahin orang lain," ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah berencana menaikkan bea masuk tinggi kepada produk keramik asal China. Banjir keramik China dianggap sebagai dalang di balik ambruknya industri keramik di Indonesia.
Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) disebut juga telah merampungkan penyelidikan soal dugaan dumping itu. Hasilnya, KADI menyatakan produk keramik China terbukti melakukan dumping. Lembaga ini merekomendasikan penerapan BMAD kepada produk keramik dari China.
(rsa/mij) Next Article Faisal Basri Tolak Bea 200% Keramik China: KADI Kaya Pesilat Mabok