
Ramai-Ramai Perusahaan sampai Analis Warning Ekonomi Amerika

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Daya konsumsi masyarakat Amerika Serikat (AS) dilaporkan melemah. Hal ini disampaikan oleh sejumlah perusahaan, ekonom, dan investor Negeri Paman Sam.
Mengutip Financial Times (FT), Senin (29/7/2024), pendapatan awal musim perusahaan yang goyah pekan lalu. Ini telah memicu kekhawatiran bahwa kekuatan konsumen goyah.Â
Hal ini setidaknya dikatakan Kepala Ekonom Nationwide Mutual, Kathy Bostjancic. Ia memaparkan bahwa konsumen akan mengendalikan pengeluaran mereka pada paruh kedua tahun ini.
"Ini karena tabungan pandemi (telah) menipis, rumah tangga berpenghasilan rendah semakin memaksimalkan kredit dan pertumbuhan lapangan kerja akan terus menurun," ujarnya.
Jumat lalu, ukuran sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam delapan bulan karena inflasi dan ketidakpastian pemilu melemahkan prospek ekonomi. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan mencatat pembacaan akhir sebesar 66,4 pada bulan Juli, terendah sejak November.
"Harga yang tinggi terus menurunkan sikap, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah," kata direktur survei tersebut, Joanne Hsu.
Secara rinci, dalam seminggu terakhir, beberapa perusahaan ternama telah memperingatkan tentang melemahnya permintaan. Kepala Keuangan perusahaan pembuat alat sanitasi dan elektronik rumah tangga Whirlpool, Jim Peters, mengatakan bahwa konsumen mulai 'lelah'.
"Orang-orang yang ingin meningkatkan kulkas atau mesin cuci mereka daripada mengganti sesuatu yang rusak," paparnya.
Saham UPS, perusahaan pengiriman yang sering dianggap sebagai penentu arah ekonomi yang lebih luas, turun 12% Selasa lalu. Ini setelah gagal memenuhi estimasi analis dan mengurangi perkiraannya untuk sisa tahun ini.
Beberapa maskapai penerbangan mengatakan mereka telah melebih-lebihkan seberapa kuat permintaan pada kuartal kedua. Lamb Weston, salah satu pemasok kentang terbesar untuk restoran seperti McDonald's dan Chick-fil-A, memperingatkan bahwa penurunan permintaan telah turun cepat.
Kepala Eksekutif Coca-Cola James Quincey mengatakan kepada para analis bahwa ada 'tanda-tanda tekanan di berbagai segmen konsumen di pasar. Namun ia juga mencatat bahwa penjualan beberapa produk yang lebih mahal seperti jus dan air mineral sedang meningkat.
"Data dari laporan perusahaan barang kebutuhan pokok atau keuangan menunjukan konsumen beralih ke barang yang berorientasi pada nilai, atau konsumen kelas bawah mengambil lebih banyak pinjaman dan mengurangi pengeluaran," papar Max Gokhman, wakil presiden senior di Franklin Templeton Investment Solutions.
Berita pelemahan konsumen ini menjadi katalis yang baik bagi The Fed. Perlambatan belanja konsumen mungkin akan mempermudah penurunan suku bunga sehingga nantinya dapat mempercepat tujuan untuk mengembalikan inflasi ke level 2%.
Awal Juli lalu, Presiden Chicago Fed, Austan Goolsbee, mengatakan kepada FT, bahwa beberapa bisnis telah diuntungkan dari peningkatan tajam penjualan selama pandemi dan wajar saja melihat pelanggan beralih kembali ke tren pra-Covid.
"Sangat mungkin kita akan kembali menghabiskan sebagian besar uang kita sebagai konsumen untuk layanan dan, ketika itu terjadi, produsen barang akan menghadapi kesulitan," ungkapnya.
(sef/sef) Next Article Janet Yellen Buka Suara soal Peringatan Stagflasi AS